Monday, November 21, 2011

Limfoma Non Hodgkin (LNH)

LIMFOMA NON HODGKIN



PENGERTIAN
Adalah keganasan Limfosit-B dan sistem sel Limfosit T.  Kebanyakan klien dengan Lim-foma Non Hodgkin masuk dalam kategori besar karena gambaran klinisnya: nodular, tipe lamban dan menyebar, limfoma agresif.

Untuk tujuan pengobatan: klasifikasi secara histopatologis membagi limfoma non hodgkin (LNH) kedalam derajat rendah, intermediat, tinggi dan beberapa derajat lain.  Daftar berikut menata tipe-tipe sel dan derajat dari Sistem Rappaport dan Working Formulation.

Rappaport
Working Formulation
Derajat Rendah
Menyebar, limfositik, diferensiasi baik.
Nodular, campuran limfositik-histiositik.
Nodular, campuran limfositik-histiositik.

a.    Limfositik, kecil.
b.    Terutama pembelahan kecil.
c.    Campuran pembelahan kecil dan sel besar.
Derajat Intermediet
Nodular, histiositik.
Menyebar diferensiasi buruk, limfositik.
Menyebar, campuran limfositik-histiositik.
Menyebar, histiositik.
d.    Terutama sel besar.
e.    Sel terbelah kecil.
f.     Campuran sel besar dan kecil.
g.    Sel besar.
Derajat Tinggi
Menyebar, histiositik.
Menyebar, limfoblastik.
Menyebar, tidak berdiferensiasi.
h.    Sel besar, immunoblastik.
i.     Limfoblastik.
j.     Sel kecil tidak membelah.


TANDA DAN GEJALA
¨      Nodul limfa tidak nyeri pada leher, aksilaris atau inguinal.
¨      Malaise dan kehilangan tenaga.
¨      Demam.
¨      Berkeringat malam.
¨      Penurunan BB.
¨      Penurunan jumlah darah yang terkena sumsum tulang atau anemia Hemolitik Auto-imun.
¨      Gangguan gastrointestinal.
¨      Gejala pulmonal dan jantung.
¨      Perubahan neurologis (SSP).
Insiden penyakit SSP pada LHN berkenaan dengan limfoma yang berhubungan dengan AIDS dan post Transplant Lympro Life rative Disorder (PLTD).


PENATALAKSANAAN
¨      Pembedahan, merupakan hal yang esensial dalam menegakkan diagnosa.
¨      Radioterapi.
¨      Kemoterapi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
¨      Hitung darah lengkap
-          SDP dapat normal, menurun atau meningkat.
-          Diferensial SDP: neutrofilia, monosit, basofilia dan eosinofil serta limfopenia.
-          SDM dan Hb/Ht: menurun.
¨      Eritrosit
-          Normositik ringan sampai sedang, anemia normositik (hiperplenisme).
-          LED: meningkat selama tahap aktif, menunjukkan inflamasi berguna untuk menga-wasi klien pada perbaikan dan deteksi dini berulangnya penyakit.
¨      -  Kerapuhan osmotik: meningkat.
-  Trombosit menurun.
¨      Test Coomb: reaksi positif (anemia hemolitik).  Reaksi negatif terjadi pada penyakit lanjut.
¨      Besi serum dan TIBC: menurun.
¨      Alkalin Fosfatase serum: meningkat.
¨      Kalsium serum: meningkat bila tulang terkena.
¨      Asam urat serum: meningkat.
¨      BUN: meningkat bila ginjal kena.
¨      Hipergamaglobulinemia umum: dapat terjadi pada penyakit lanjut.
¨      Foto dada: menunjukkan adenopati mediastinal (Hilus, infiltrat nodulus atau efusi ple-ura.
¨      Foto thorax: vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis atau area tulang nyeri tekan: menentukan area yang terkena dan membantu pentahapan.
¨      CT Scan dada: bila adenopati hilus terjadi, menyatakan keterlibatan nodul limfa mediastinum.
¨      CT Scan abdominal: untuk mengesampingkan penyakit nodus pada abdomen dan pelvis serta organ yang tak terlihat pada pemeriksaan fisik.
¨      USG abdominal: mengevaluasi luasnya nodus limfa retroperitoneal.
¨      Scan tulang: mendeteksi keterlibatan tulang.
¨      Biopsi sumsum tulang: menentukan keterlibatan sumsum tulang.
¨      MRI.
¨      IVP (Intravena Pielogram).
¨      Limfangiogram.
¨      Mediastinoskopi: membuktikan keterlibatan nodus mediastinal.
¨      Laparotomi atau laparoskopi lebih mengarah pada penyakit Hodgkin daripada LNH.

FOKUS PENGKAJIAN
1.    Aktifitas/istirahat
·         Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
·         Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan.
·         Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak.
·         Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang me-nunjukkan kelelahan.

2.    Sirkulasi
·         Palpitasi, angina (nyeri dada).
·         Takikardia, disritmia.
·         Sianosis wajah dan leher.
·         Ikterus sklera dan ikterik umum.
·         Pucat (anemia), diaforesis (keringat malam).

3.    Pernafasan
·         Dispnea saat kerja atau istirahat: nyeri dada.
·         Takikardia.
·         Batuk kering non produktif.
·         Tanda distress pernafasan  seperti peningkatan frekuensi pernafasan dan kedala-man, penggunaan otot bantu, stridor dan sianosis.
 
4.    Neuro Sensori
·         Nyeri saraf (neuralgia).
·         Kelemahan otot, parestesia.
·         Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar.
·         Paraplegia.

5.    Integritas Ego
·         Faktor stress.
·         Takut/ansietas.
·         Masalah finansial.
·         Status hubungan.
·         Perilaku, seperti: marah, menarik diri dan pasif.

6.    Eliminasi
·         Perubahan karakteristik urine dan faeces.
·         Obstruksi usus.
·         Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali).
·         Anuria, urine gelap/pekat.
·         Disfungsi usus dan kandung kemih.

7.    Makanan dan Cairan
·         Anoreksia.
·         Disfagia.
·         Penurunan BB.
·         Pembengkakkan wajah, leher, rahang atau tangan kanan.
·         Edema ekstremitas bawah.
·         Asites.

8.    Nyeri/Kenyamanan.
·         Nyeri tekan pada nodus limfa yang terkena.
·         Nyeri punggung dan tulang.
·         Nyeri pada area yang terkena setelah minum alkohol.

9.    Keamanan
·         Resiko infeksi.

10. Seksualitas.
·         Fertilitas dan kehamilan akibat pengaruh pengobatan.
·         Penurunan libido.

11. Penyuluhan/Pembelajaran
·         Faktor resiko keluarga.
·         Pekerjaan.
·         Perawatan dan pengobatan.
·         Pemulangan.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1.    Memberikan dukungan fisik dan psikologis selama test diagnostik dan program pengo-batan.
2.    Mencegah komplikasi.
3.    Menghilangkan nyeri.
4.    Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan Pemulangan:
  1. Komplikasi dicegah/menurun.
  2. Menerima situasi dengan nyata.
  3. Nyeri hilang/terkontrol.
  4. Proses penyakit/prognosis, kemungkinan komplikasi dan program pengo-batan di pahami.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Pola pernafasan/bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko tinggi terhadap           berhubungan dengan obstruksi trakeo bronkial; pembesaran nodus mediastinal atau edema jalan nafas; sindrom vena cava superior.
2.    Ansietas berhubungan ancaman dari yang dirasakan sehubungan dengan diag-nosa limfoma.
3.    Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kemoterapi untuk pengobatan limfoma, keterlibatan sumsum tulang pada limfoma.
4.    Perubahan perfusi jaringan, kardio pulmonal berhubungan dengan anemia dan trombositopenia yang disebabkan oleh limfoma dan atau kemoterapi.
5.    Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan syok septis a-kibat penurunan imun.
6.    Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorek-sia, mual-muntah dan diare karena kemoterapi atau limfoma gastrointestinal.
7.    Gangguan keseimbangan cairan (kurang atau kelebihan) berhubungan dengan efek samping dari kemoterapi, hidrasi yang berlebihan selama kemoterapi.
8.    Resiko terhadap perubahan integritas kulit berhubungan dengan ekstravasasi dari kemoterapi vena.
9.    Gangguan eliminasi, perubahan pola berhubungan dengan asam urat nefropat, GGA dari sindrom lisis tumor dan efek samping kemoterapi.
10.  Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis limfoma dan prognosis yang tidak pasti.
11.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan pengobatan; progno-sis.
12. Disfungsi seksual berhubungan dengan kemungkinan infertilitas karena kemo-terapi dan terapi radiasi.


INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1:  Pola pernafasan/bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko tinggi ber-hubungan dengan obstruksi trakeobronkial, pembesaran nodus me-diastinal dan atau edema jalan nafas, sindroma vena cava superior.

Intervensi:
1.    Kaji/awasi frekuensi pernafasan, kedalaman, irama.
2.    Tempatkan klien pada posisi nyaman.
3.    Berikan posisi dan bantu ubah posisi secara periodik.
4.    Anjurkan untuk latihan teknik nafas dalam, pernafasan bibir, pernafasan dia-fragmatik bila diindikasikan.
5.    Awasi/evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis.
6.    Identifikasi/dorong penghematan energi.
7.    Dorong ekspresi perasaan.
8.    Berikan lingkungan yang tenang.
9.    Observasi distensi vena leher, sakit kepala, pusing, edema peri orbital/fekal, dispnea dan stridor.
Kolaborasi:
10.  Berikan O2, pengobatan pernafasan/tambahan seperti spirometri intensif.
11.  Awasi pemeriksaan laboratorium.
12.  Berikan analgesik dan tranqualizer sesuai indikasi.
13.  Bantu intubasi dan ventilasi mekanik.
14.  Siapkan terapi radiasi darurat bila diindikasikan.

Rasional:
1.     Perubahan yang terjadi dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pe-ngaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
2.     Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurun-kan resiko aspirasi.
3.     Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan memobilisasi sekresi.
4.     Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas, memberikan kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas.
5.     Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah menim-bulkan hipoksemia.
6.     Membantu menurunkan kelelahan dan dispnea serta menyimpan energi untuk regenerasi seluler dan fungsi pernafasan.
7.     Ansietas meningkatkan kebutuhan O2 dan hipoksemia dapat menyebabkan distress pernafasan/gejala jantung yang meningkatkan ansietas.
8.     Meningkatkan relaksasi, penyimpanan energi dan menurunkan kebutuhan O2.
9.     Klien LNH pada resiko sindrom vena cava superior dan obstruksi jalan nafas menunjukkan kedaruratan onkologis.
10.   Memaksimalkan ketersediaan untuk kebutuhan sirkulasi, membantu menu-runkan hipoksemia serta meningkatkan aerasi maksimal pada semua segmen paru, mencegah atelektasis.
11.   Mengukur keadekuatan fungsi pernafasan dan keefektifan terapi.
12.   Mengurangi nyeri/ansietas sehingga menurunkan penggunaan kebutuhan O2 dan membatasi pengaruh pernafasan.
13.   Untuk dukungan fungsi pernafasan sampai edema jalan nafas teratasi.
14.   Pengobatan pilihan untuk sindroma vena cava superior.

Diagnosa 2:  Ansietas berhubungan dengan ancaman diri yang dirasakan sehubu-     ngan dengan diagnosa limfoma.

Intervensi:
1.    Kenali tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2.    Jelaskan proses penyakit sesuai dengan kebutuhan.
3.    Berikan informasi mengenai terapi atau pilihan pengobatan.
4.    Tentukan jika ada perbedaan pandangan klien terhadap kondisinya dan pan-dangan tenaga kesehatan.
5.    Berikan klien alternatif pilihan yang sesuai.
6.    Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan pe-ngobatan.
7.    Dapatkan persetujuan tindakan jika perlu.

Rasional:
1.    Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari duplikasi.
2.    Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
3.    Membantu klien untuk membuat keputusan pengobatan.
4.    Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan kon-sepsi serta kesalahan pengertian.
5.    Membantu klien dalam memahami pilihan.
6.    Mendorong klien untuk melihat secara rasional terhadap pilihan pengobatan.
7.    Meningkatkan persetujuan tindakan.

Diagnosa 3: Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kemoterapi untuk   pengobatan limfoma, keterlibatan sumsum tulang pada limfoma.

Intervensi:
1.    Pantau SDP (sel darah putih), diferensiasi, hitung AGC (AGC= SDP total x [% segmen+] % lembaran).
2.    Pantau infeksi sistemik atau letak infeksi, tetap ingat bahwa tanda-tanda normal infeksi (kemerahan, pus, inflamasi,hangat) berhubungan dengan kerja SDP, jadi tanda-tanda normal infeksi mungkin tidak ada.
3.    Pantau tanda-tanda vital meliputi suhu setiap 4 jam dan lebih sering lagi jika di perlukan.
4.    Laporkan demam diatas 37,7oC dengan segera.
5.    Bantu klien mengenai kebersihan diri meliputi mandi, kebersihan mulut dan perawatan perineal.
6.    Anjurkan istirahat sesuai kebutuhan.
7.    Berikan antibiotik, anti jamur dan antimikrobial sesuai kebutuhan.
8.    Ganti semua balutan setiap hari termasuk pada jalur sentral.
9.    Ajarkan klien dan keluarga tindakan untuk menurunkan resiko infeksi.
10. Ajarkan klien, keluarga/teman tanda dan gejala infeksi, tekankan apa yang harus dilaporkan pada tim kesehatan.
11. Instruksikan klien untuk menghindari orang dengan infeksi pernafasan (flu, de-mam), anak dengan penyakit infeksi (chicken pox) dan hindari kontak lang-sung dengan luka flu dan lesi herpetik.

Rasional:
1.    AGC dibawah 500 sel/mm3 menempatkan klien pada resiko berat terhadap in-feksi.
2.    Kekurangan neutropil selama granulositopenia menghambat kemampuan un-tuk melawan infeksi dan dapat menutupi munculnya tanda-tanda infeksi.
3.    Demam atau hipotermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada kli-en granulositopenik.
4.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah SDP yang rendah mung-kin hanya merupakan tanda infeksi pada klien granulositopenia.
5.    Menurunkan kehadiran organisme endogen.
6.    Keletihan dapat menekan fungsi imun.
7.    Mencegah dan/atau menangani sumber-sumber infeksi pada klien dengan pe-nurunan fungsi imun.
8.    Mencegah sepsis dan infeksi pada daerah invasif atau daerah lain.
9.    Menurunkan potensial infeksi.
10. Meningkatkan kepatuhan dengan regimen perawatan.
11. Kontak dengan seseorang yang terinfeksi dapat mengarahkan pada infeksi se-rius.











PENGKAJIAN DATA


Nama Mahasiswa      :  Herry Reonardo
NIM                       :  019930023 B
Ruangan                :  Interna Laki I   
Tanggal Pengkajian : 05 Juni 2001

I.    IDENTITAS
Nama            : Tn. E. S.
Umur             : 18 tahun.
Jenis Kelamin  : Laki-laki.
Suku/Bangsa   : Jawa/Indonesia.
Agama            : Islam.
Pekerjaan        : Pelajar
Pendidikan      : STM kelas 3
Alamat            : Jl. Kedung Rejo RT 8/3, Madiun.                  
Alasan Dirawat: Badan panas sejak 25 hari setelah minum obat dari dokter, pada-hal sebelumnya badan tidak panas.  Terdapat benjolan di leher, ketiak serta lipatan paha.  Pertama kali muncul dilipatan paha, kemudian leher bawah rahang kanan/kiri, kemudian terakhir di ketiak besarnya kurang lebih sebesar telur ayam.
Keluhan Utama Sebelumnya:
Badan panas tinggi, kesulitan menelan, produk saliva banyak.  Klien mengeluh mual dan ada muntah.
Upaya yang telah dilakukan:
Berobat ke puskesmas, kemudian ke RSUD Madiun.  Karena tidak bisa menangani kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
      Terapi/Operasi yang pernah dilakukan:  -


II.  RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
2.1  Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Extirpasi Uci-Uci ditangan sewaktu SD.  Tidak ada batuk lama dan batuk darah.  Badan panas pada malam hari.                     
       2.2  Riwayat Penyakit Sekarang:
Badan panas tinggi sampai menggigil, diare, kesulitan bicara dan menelan serta ter-dapat produk saliva yang berlebihan.  Benjolan dileher, ka/ki dengan diameter ± 3-4 cm, ketiak ka/ki q 0,5-1 cm; lipatan paha kanan q 4 cm, mobiler kiri q 4 cm, mobiler bawah dagu q 6 cm
       2.3  Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang sekarang sedang dialami klien maupun penyakit yang lain.
  Genogram












 









Keterangan:
                    :  Laki-laki

                    :  Perempuan

              
                    :  Klien laki-laki

                    :  Meninggal




2.4  Keadaan Kesehatan Lingkungan     
Klien tinggal dilingkungan pedesaan didaerah Caruban.  Kondisi rumah agak jauh dari rumah yang lain.
2.5    Alat Bantu Yang Dipakai: tidak ada.

III.    OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1.    Keadaan Umum:
Keadaan umum klien lemah, demam tinggi sampai menggigil, ada muntah 1x, hipersalivasi.  Klien tampak pucat, ada diare, hidung tersumbat, tonsil meradang dan telinga kanan terasa nyeri.  BB awal= 58 kg, sekarang tinggal 42 kg.  TB= 160 cm.
2.    Tanda-tanda Vital:
    Suhu 39oC/axilla, nadi kuat dan tidak teratur, 128x/menit, tensi diukur dengan klien berbaring pada lengan kiri, hasilnya= 110/60 mmHg, pernafasan  28x/me-nit.
3.    Sistem Tubuh (Body Systems):
3.1  PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Hidung       : tersumbat.     
Trachea      : letaknya normal, tonsil meradang, terasa nyeri.  Batuk berdahak.
Bentuk dada: simetris.
3.2  CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
Ada keluhan sakit kepala.
Suara jantung: normal.
Edema         : tidak ada.
  3.3  PERSYARAFAN (B3: BRAIN)
Kesadaran: compos mentis.
GCS         : E= 4   V=5   M= 6
Total nilai: 15
   Kepala dan wajah : bentuk kepala mono cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri.  Wajah pucat, tulang pipi menonjol.
   Mata:
-      Sklera         : putih, icterus.
-           Conjunctiva: pucat.  
-      Pupil : isokor.
     Leher: terdapat benjolan sebesar telur ayam ka/ki dengan diameter 3 cm.  Di bawah dagu diameter 6 cm.

Persepsi Sensori

          Pendengaran kiri : normal.
          Pendengaran kanan: terasa nyeri.
          Penciuman  : hidung tersumbat/berair.
          Pengecapan : tidak ada kelainan.
          Penglihatan : tidak ada kelainan.
 Perabaan    : tidak ada kelainan.
3.3  PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
Produksi urine 1000-1200 ml, frekuensi 2 – 3x/hari.
Warna             : kuning tua.     Bau: amoniak.
Lainnya           : tidak ada kelainan.
3.4  PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)
Mulut dan tenggorok: tonsil membesar kanan/kiri.
Abdomen                         : teraba keras/tegang.
Rectum                  : normal
BAB                       : 3-4x/hari.  Konsistensi: encer/diare.                
                Diet                      : TKTP.
3.5  TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan pergerakan sendi: bebas.
Extremitas: (terabat dingin)
  - Atas   : terdapat peradangan pada lengan kiri akibat plebitis.
  - Bawah          : tidak ada kelainan.
Tulang Belakang: tidak ada kelainan.
Kulit:
   -Warna kulit: pucat.   
  - Akral : panas.
  - Turgor: baik.
3.6  SISTEM ENDOKRIN
Terapi hormon: tidak pernah.
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: kelemahan.
3.7  SISTEM HEMATOPOIETIK:
Diagnosis penyakit Hematopoietik yang lalu:
-      Anemia.
-      Transfusi darah.
Tipe darah: PRC dan TC.
-  Lymphadenopathy.
3.8  REPRODUKSI
Laki-laki
Penis     : klien telah di sirkumsisi.
Scrotum: tidak ada kelainan.
3.9  PSIKOSOSIAL
Konsep diri:
                 Identitas
Status klien dalam keluarga: anak.
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya dalam keluarga: puas.
Kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya: puas.
Peran
Tanggapan klien terhadap perannya:  senang.
Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup.
Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/Harapan
       Harapan klien terhadap penyakit yang sedang dideritanya: dapat cepat  sembuh.
        Harga diri
     Tanggapan klien terhadap harga dirinya: sedang.
    

Sosial/Interaksi

     Hubungan dengan klien: tidak kenal.
     Dukungan keluarga       : aktif.
     Dukungan kelompok/teman/masyarakat: kurang.
     Reaksi saat interaksi          : kontak mata.
        Lainnya: klien agak cuek.
     Konflik yang terjadi terhadap: peran.
3.10        SPIRITUAL
Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah.
Sumber kekuatan/harapan disaat sakit: Allah.
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini: sholat.
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini: lewat ibadah.
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada.
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: klien  mempercayainya.
Persepsi terhadap penyebab penyakit: sebagai cobaan/peringatan.

          Pemeriksaan Penunjang
          Pemeriksaan laboratorium tanggal 05 Juni 2001:
          *  Pemeriksaan DL:
               -    Leukosit          : 0,9  x 1000/UL
               -    Eritrosit          : 2,85 x 1 juta/UL
-     Hb                 : 6,1  g/dl.
-     PCV (HCT)      : 24,6%/jam.
-     Trombosit (PLT)  : 19 x 1000
-      Diff                   : tidak dapat dievaluasi karena jumlahnya rendah.
-      LCD                  : 70 mm/jam.
*  Mikrobiologi tanggal 05 Juni 2001:
-      Kultur
Bahan: darah kultur.
Pembiakan/kultur:  I = steril
                           II= steril
                          III= steril
Tanggal 30 April 2001:
PPT       : 11,7   C:  14
KPTT     : 30,8   C:  31,2
Albumin : 2,8 g/dl.
          *  Patologi Anatomi (PA) tanggal 1 Mei 2001:
-      Kesimpulan: multiple nodul colli, sub mentalis dan inguinal dextra/sinistra.  RNA: Now Hodgkin’s Lymphoma large cell type high grade.
*  USG Abdomen tanggal 30 April 2001:
   -  Kesimpulan: Splenomegali non cirhosis (menyokong lymphoma).
*  Foto Thorax tanggal 27 April 2001
-      Cor: besar dan bentuk normal.
-      Pulmo: tak tampak infiltrat, kelainan serta proses metastase.
-      Sinus Phrenico-Costalis kanan & kiri tajam.

Terapi:
-      Injeksi NaCl 0,9% : D5%= 1:1 20 tts/mnt.
-      Injeksi Raclonid 1 amp k/p.
-      Injeksi Xyllo:Della= 2:1/IM.
-    Multivitamin 3x1.
-    Injeksi Cepotaxim 1 gr 3x1 vial.
-    Paracetamol 500 mg 3x1 tab k/p.
-    Bethadine kumur.
-      TC 10 U bila ada perdarahan.
-      Transfusi PRC 2 kolf/hari.
-      Obat tetes hidung 1%.
-      Diet TKTP.
ANALISA DATA

No/
Tgl.
Kelompok Data
Kemungkinan Penyebab Masalah
Masalah
Diagnosis
1.

6/6/
2001
DS: Klien mengeluh di-ngin kadang sam-pai menggigil keti-ka badannya panas
DO:-Suhu: 39oC, nadi:  128x/mnt.          Takikardia, klien tampak menggigil.  -Tonsil meradang/  bengkak.
      -Pharingitis.
      -Telinga kiri terasa nyeri.
      -Hidung tersumbat.
Infeksi sekun-der, peningka-tan metabolis-me.
Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan infeksi sekunder pe-ningkatan me-tabolisme.
2.

6/6/
2001
DS: Klien mengeluh le-mah & nafas terasa pendek serta sesak
DO:-Hb: 5,1 gr/dl.
      -Thrombosit (PLT):  19x1000/UL.
-    LED: 70 mm/jam.
-    Pucat.
-    Nadi: 128x/mnt.
-    Ekstremitas dingin.
-    Transfusi PRC 2 kolf/hr.
-    Trombo concen-trate 10 unit.
Anemia & trom-bositopenia yang disebab-kan oleh limfo-ma.
Perubahan per-fusi jaringan.
Perubahan per-fusi jaringan berhubungan dengan anemia & trombositope-nia yang dise-abkan oleh lim-foma.
3.

6/6/
2001
DS: Klien mengatakan nafsu makannya ti-dak ada serta tera-sa mual dan ada muntah
DO: - BB: 42 kg.
-   TD: 160 cm.
-   Triceps: mengecil
-   Pada leher terda-pat benjolan : ka-nan f 4 cm; kiri f 3 cm.  Bawah da-gu q 6 cm. 
-   Albumin: 2,8 g/ dl.
-   Produk saliva ba-nyak.
Anoreksia, mu-al-muntah & di-are karena lim-foma gastroin-testinal.
Perubahan nut-risi kurang dari kebutuhan.
Perubahan nut-risi: kurang dari kebutuhan ber-hubungan de-ngan anoreksia, mual-muntah & diare karena limfoma gastro-intestinal.
4.

6/6/
2001
DS: Klien mengeluh tenggorokkannya panas serta sakit waktu menelan.
DO:-  Tonsil meradang.
-    Pharingitis.
-    Suhu: 39oC.
-    Leuko: 0,9x1000/ UL.
-    Eri: 2,85x1juta/ UL.
-    LED: 70 mm/jam.
-    Hidung tersumbat.
-    Diare 2-3x/hari.
Ketidakadekuat-an pertahanan sekunder & im-munosupresi.
Infeksi
Infeksi berhu-bungan dengan ketidakadekuat-an pertahanan sekunder & im-munosupresi.
































RENCANA TINDAKAN PERAWATAN


No/
Tgl
Diagnosa Keperawatan dan Hasil Yang Diharapkan
Rencana Tindakan
Rasional
1.

6/6/
2001

Hipertermia berhubungan dengan in-feksi sekunder, peningkatan meta-bolisme.
1.     Berikankompres mandi hangat.

2.    Berikan obat anti piretik seperti paracetamol 500 mg. Xyllo:Della k/p.
3.    Pantau suhu tiap 4 jam.





4.    Pantau TTV tiap 4 jam.



5.    Pantau intake & output cairan.




6.    Anjurkan klien untuk minum pa-ling sedikit 2-3 ltr.


7.    Berikan cairan IV sesuai pesanan.
1.    Dapat memban-tu mengurangi demam.
2.    Untuk menurun-kan demam.



3.    Peningkatan su-hu tubuh mung-kin merupakan tanda infeksi pa-da klien karena jumlah SDP me-nurun.
4.    Demam dapat menyebabkan takikardia, hipo-tensi atau takip-nea.
5.    Demam menye-babkan pening-katan keluaran melalui IWL yang mengarah pada dehidrasi.
6.    Cairan ekstra di perlukan selama demam tinggi untuk mengganti cairan yang hi-lang.
7.    Untuk pengganti cairan yang hi-lang.
2.

6/6/
2001
Perubahan perfusi jaringan berhubu-ngan dengan anemia & trombosito-penia yang disebabkan oleh limfoma




1.    Berikan transfusi PRC & TC sesuai indikasi.


2.    Hindari pemberi-an transfusi yang terlalu cepat.
3.    Pantau TTV se-belum, sesudah & selama trans-fusi.
4.    Observasi tanda-tanda penolakan /reaksi alergi.



5.    Beritahu klien & keluarga terha-dap kebutuhan akan transfusi berulang.
6.    Cek Hb, hemato-krit & jumlah trombosit.
1.    Untuk memenuhi kekurangan de-ngan pemberian darah/produk darah.
2.    Mencegah kele-bihan cairan & reaksi transfusi.
3.    Membantu mengidentifikasi reaksi transfusi.

4.    Gejala tersebut mungkin meru-pakan indikasi dari reaksi transfusi atau cairan berlebihan
5.    Meningkatkan pemahaman.



6.    Memberikan informasi untuk mengevaluasi respon pada transfusi.
3.

6/6/
2001

Perubahan nutrisi: kurang dari kebu-tuhan berhubungan dengan anorek-sia, mual-muntah & diare karena limfoma gastrointestinal.

Tujuan:
Asupan nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil:
-  BB tetap dalam tingkat 5% diatas BB awal.
-  Masukan kalori & protein harian ade-kuat.
-  Mual-muntah tidak ada atau berku-rang.
1.    Dorong klien un-tuk makan diet TKTP dengan masukan adeku-at.
2.    Ukur TB, BB & ketebalan lipatan kulit tricep, pas-tikan jumlah pe-nurunan BB saat ini.


3.    Anjurkan makan dalam porsi kecil namun sering ji-ka klien menga-lami penurunan nafsu makan & cepat merasa kenyang.
4.    Hindari makan makanan yang pedas, berlemak & manis-manis selama pengoba-tan.


5.    Berikan antieme-tik sebelum ma-kan jika ada mu-al-muntah.
1.    Kebutuhan jari-ngan metabolik ditingkatkan, be-gitu juga cairan.

2.    membantu dlam indentifikasi mal nutrisi protein-kalori khususnya bila BB & pengu-kuran antropo-metrik kurang dari normal.
3.    Mencegah mual & distensi berle-bihan.





4.    Perubahan pe-ngecapan selama pengoba-tan dapat me-nimbulkan ketidaktoleransi-an terhadap ma-kanan jenis ini.
5.    mencegah mual-muntah.



4.

6/6/
2001
Infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder & immunosupresi.

Tujuan:
Infeksi teratasi.

Kriteria Hasil:
-   Penurunan tanda-tanda infeksi seperti:
·         Panas, demam menurun.
·         Bengkak/peradangan berhenti
·         Diare berhenti.
1.    Berikan terapi antibiotik, anti jamur & anti mikrobial sesuai indikasi.

2.    Pantau lab. SDP, diferensiasi.



3.    Pantau TTV seti-ap 4 jam.


4.    Bantu klien me-ngenai kebersih-an diri meliputi mandi, kebersih-an mulut & pera-watan perineal.
5.    Observasi terus tanda-tanda in-feksi.






6.    Batasi jumlah pengunjung ser-ta cuci tangan sebelum melaku-kan tindakan.
1.    Mencegah/mena-ngani sumber infeksi pada klien dengan penurunan fungsi imun.
2.    SDP dibawah normal menem-patkan klien ter-hadap resiko in-feksi berat.
3.    Demam atau hi-pertermia meng-indikasikan infek-si.
4.    Menurunkan ke-hadiran organis-me endogen.



5.    Untuk mengeta-hui sejauhmana perkembangan perubahan infek-si sehingga da-pat segera diata-si dengan pengo-batan & perawa-tan yang tepat.
6.    Untuk menghin-dari resiko terpa-jan pada orga-nisme endogen atau eksogen.















TINDAKAN KEPERAWATAN



Tgl.
Jam
Tindakan Keperawatan
6/6/
2001















7/6/
2001

















8/6/
2001
0800
s/d

1035
1110

s/d

1200
1430
1500
1810
1945

2000


0815
s/d

0900
s/d
1020
s/d
1125

1155
1200
s/d

1255
s/d

1315

0745


0910
1120
1130
1200
s/d


1320

-        Memberikan kompres hangat.
-        Memberikan ekstra PCT 500 mg.
-        Menganjurkan untuk banyak minum.
-        Cek Hb: 7 gr% (cara sahli).
-        Memasang transfusi PRC kolf pertama.
-        Mengukur TTV: Tensi= 100/60 mmHg, nadi= 102x/mnt, RR= 20x/mnt, suhu= 37,7oC.
-        Observasi pemberian transfusi, tanda penolakan/alergi tidak ada.
-        Membantu klien makan/minum.
-        Memberikan obat antiemetik Raclonid injeksi 1 amp.
-        Menganjurkan klien untuk sering berkumur dengan Bethadine kumur.
-        Memasang transfusi PRC kolf ke-2.
-        Memberikan obat tetes hidung.
-        Menimbang BB= 42 kg; TB= 160 cm.
-        Observasi TTV: Tensi= 100/60 mmHg, , nadi= 102x/mnt, RR= 24x/mnt, suhu= 38,9oC.

-        Membantu klien makan/minum.
-        Menjelaskan pada klien & keluarganya tentang pemberian transfusi beru-lang karena Hb klien masih belum norma.
-        Mengukur TTV: Tensi= 110/70 mmHg, , nadi= 124x/mnt, RR= 20x/mnt, suhu= 38,7oC.
-        Memberikan kompres hangat.
-        Cek Hb= 11 gr% (cara sahli).
-        Menganjurkan klien untuk minum banyak.
-        Memasang transfusi PRC kolf pertama.

-        Memberikan injeksi Cefatoxim 1 gram/IV.
-        Memberikan obat tetes hidung.
-        Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas, berlemak & manis-manis.
-        Memberikan injeksi Xyllo:Della= 2:1 IM.
-        Menganjurkan klien untuk berkumur dengan Betadine kumur sesering mungkin.
-        Memberikan kompres hangat.

-        Membantu klien makan/minum.
-        Menyarankan klien makan dalam porsi kecil tapi sering.
-        Mendorong klien untuk banyak minum.
-        Memberikan injeksi Cefotaxim 1 gr IV.
-        Memberikan injeksi Raclonid 1 amp IV.
-        Memberikan obat tetes hidung.
-        Menganjurkan klien untuk berkumur dengan Betadine kumur.

-        Menyarankan ibu klien untuk membatasi pengunjung serta mencuci tangan lebih dulu bila mau memberikan/melakukan tindakan terhadap klien.
-        Membantu klien menyeka badan serta menyikat gigi.
 - Mengukur TTV: Tensi= 110/70 mmHg, , nadi= 112/mnt, RR= 20x/mnt,                            suhu= 37,2oC.












































EVALUASI


No/Tgl
Diagnosa
Evaluasi
1.

7/6/
2001
















2.

7/6/
2001
















3.

8/6/
2001
1




2




3




4




1




2



3




4





1


2



3



4

-       Demam turun menjadi 37,7oC.
-       Klien masih menggigil.
-       Intake 1500 ml, output ± 800 ml, BAK 3-4x.
-       Nadi= 102x/mnt.

-       Transfusi PRC terpasang, tanda-tanda penolakan/reaksi alergi tidak ada.
-       Hb= 7 gr%.
-       Tensi= 100/60 mmHg, nadi= 102x/mnt, RR= 20x/mnt.

-       Ada mual muntah.
-       Produksi saliva banyak.
-       Makan/minum sedikit, diet tidak dihabiskan.
-       BB= 42 kg, TB= 160 cm.

-       Tonsil masih meradang.
-       Demam naik turun.
-       Sinusitis.
-       Telinga kanan masih nyeri.

-       Demam masih tinggi, 38,7oC.
-       Kadang menggigil.
-       Intake 2000 ml, air putih.
-       Output 1500 ml, kencing 3-4x.

-       Transfusi PRC diberikan kolf ke-4.
-       Hb= 11 gr%.
-       Tensi= 110/70 mmHg, nadi= 124x/mnt, RR= 24x/mnt.

-       Mual-muntah masih.
-       Produksi saliva banyak.
-       Diet dihabiskan.
-       BB= 42 kg, TB= 160 cm.

-       Tonsil masih meradang.
-       Diare 2x.
-       Telinga kanan nyeri.
-       Demam naik-turun.
-       Hidung: tersumbat berkurang.

-       Demam turun menjadi 37,2oC.
-       Intake 1500 ml, output 800 ml.

-       Hb 11 gr%.
-       Konsul pada ahli onkologi.
-       Tensi= 110/70 mmHg, nadi= 112x/mnt, RR= 20x/mnt.

-       Mual-muntah masih.
-       Produksi saliva masih banyak.
-       Diet dihabiskan.

-       Tonsil masih meradang.
-       Diare tidak ada lagi.
-       Telinga: nyeri berkurang.
-       Demam turun.
-        Hidung: tersumbat berkurang.







































CATATAN  PERKEMBANGAN


No/
Tg.
Diagnosa
Catatan Perkembangan
1.

7/6/
2001
























8/6/
2001
1




2







3







4






1




2






3


S: Klien mengatakan kedingingan, kadang kepanasan.
O: Suhu= 38,7oC, naik menjadi 39,8oC.  Klien menggigil.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi.

S: Klien mengatakan kepalanya pusing.           
O: Hb 7 Gr% (cara sahli).
    Tensi= 100/60 mmHg, nadi= 102x/mnt, RR= 20x/mnt. 
     Keadaan umum lemah, tampak pucat.  Transfusi PRC kolf ke-4 terpasang.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi.

S: Klien mengatakan terasa sakit sewaktu menelan & air ludahnya banyak.
O: Muntah 1x, diet dihabiskan.
     BB= 42 kg, TB= 160 cm.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi, pertahankan/tingkatkan kondisi/ keadaan umum klien.

S: -
O: *    Tonsil masih membesar/meradang.
  • Tenggorokan merah.
  • Diare 2x.
A:  Masalah belum teratasi.
P:  :Teruskan rencana intervensi dan perbaiki keadaan umum klien.

S: -
O: Suhu= 37,2oC, nadi= 112x/mnt.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Teruskan rencana intervensi, terus pantau suhu tubuh klien.

S: Klien merasa tubuhnya masih lemah.
O: Hb 11 Gr% (cara sahli).
    Tensi= 110/70 mmHg, nadi= 112x/mnt, RR= 20x/mnt. 
    Keadaan umum lemah dan pucat.  Diet dihabiskan.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi.

S: Klien mengatakan sudah tidak diare lagi dan menelan sudah ti-dak sakit lagi.
O:  *   Tonsil masih meradang.
  • Klien sudah tidak diare lagi.    
  • Tenggorokan masih merah/meradang.
  • Klien sudah tidak demam lagi.
  • Hidung: tersumbat berkurang.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Tetap teruskan rencana intervensi, pantau TTV dan perbaiki kea-daan umum klien.











































DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall.  2001.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8.  EGC.  Jakarta.

Doengoes, Marilyn, E. et all.  2000.  Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.  EGC.  Jakarta.

Galle, Danielle and Charatte, Jane.  2000.  Rencana Asuhan Keperawatan Onkolo-gi.  EGC.  Jakarta.

Soeparman.  1999.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.  FKUI.  Jakarta.

No comments:

Post a Comment