LAPORAN
PENDAHULUAN
1. Konsep Teori Asuhan
Keperawatan
1.1 Pengertian
Luka bakar adalah dalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah
suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma api,
air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365)
1.2 Etiologi
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme
injurinya meliputi :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a.
Gas
b.Cairan
c.
Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
2
Patofisiolog
Cedera panas adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan mukosa saluran nafas akibat adanya paparan terhadap suatu iritan dan
menimbulkan manifestasi klinik dengan gejala distres pernafasan. Reaksi yang
timbul akibat paparan terhadap iritan berupa suatu bentuk inflamasi akut dengan
edema dan hipersekresi mukosa saluran nafas. Iritan di maksud dalam hal ini
jarang berupa suatu kontak langsung denga sumber panas, karena adanya refleks
fisiologik yang merupakan mekanisme pertahanan pada orang normal dengan upaya
menahan nafas . iritan tersebut biasanya berupa produk toksik dari sisa
pembakaran yang tidak sempurna ( toxic fumes ) atau zat kimia lainnya. Oleh
karenanya paparan ini di mungkinkan terjadi pada kecelakaan disebabkan api tau
zat kimia di ruang tertutup, atau korban dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Pada pemeriksaan
laringoskopik dan atau bronkoskopik, tampak patologi mukosa berupa eritem,
edematus dan atau disertai ulserasi serta hipersekresi. Edema mukosa masif di
saluran nafas bagian atas ( disekitar glotis )menyebabkan obstruksi lumen,
dapat terjadi dalam waktu 24 ( dua puluh empat ) jam pasca cedera , kondisi ini
menyebabkan sumbatan total saluran nafas bagian atas yang memiliki korelasi
dengan tingginya angka kematian pada fase akut.
Inflamasi akut pada epitel mukosa menyebabkan disrupsi dan maserasi
epitel yang nekrosis ( sloughing mucosa ). Epitel- epitel ini bercampur dengan
sekret yang kental oleh karena banyak mengandung fibrin- fibrin menyebabkan
obstruksi lumen ( mucous plug ) menimbulkan distres pernafasan dan kematian
dalam waktu cepat.
Perubahan
inflamatorik mukosa bagian bawah ini biasanya terjadi lebih lambat ( dalam 4-5
sampai dengan 5-7 hari pasca cedera ). Proses inflamatork mukosa saluran nafas
ini dikaitkan dengan peran sitoksin den radikal bebas. Mediator-mediator
inflamasi ini dipicu oleh sel-sel epitel mukosa yang mengalami proses inflamasi
akut, khususnya oleh epitel yang mengalami nekrosis. Sebukan sel-sel radang
akut khususnya netrofil dam lekosit polimorphnuclear (PMN) di mobilisir ke
lokasi ini dan sel-sel netrofil dan leukosit PMN yang beredar di sirkulasi
menimbulkan perubahan inflamatorik pada susunan pembuluh darah kapilar
peri-alveolar dan parenkim paru. Akibat penumpukan fibrin, pada mukosa alveoli
terbentuk membran hialin yang mengakibatkan gangguan difusi oksigen (oxsigen
exchange) dan perfusi oksigen. Kondisi ini di kenal dengan sebutan ARDS yang
umumnya timbul pada empat-lima hari pasca cedera termis, memiliki prognosis
sangat buruk. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (>10 Liter per menit )
merupakan suatu bentuk pemicu timbulnya stres oksidatif yang menyebabkan cedera
parenkim paru sehingga berlangsung proses fibroprofileratif (hepatisasin
parenkim paru ) dan memperburuk prognosis oleh karena itu pada resustasi maupun
prosedur lainya konsentrasi oksigen yang di anjurkan untuk di berikan bekisar
antara 2-4 liter per menit.
3
Klasifikasi
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam
memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
A.Berdasarkan penyebab
1.
Luka bakar
karena api
2.
Luka bakar
karena air panas
3.
Luka bakar
karena bahan kimia
4.
Laka bakar
karena listrik
5.
Luka bakar
karena radiasi
6.
Luka bakar
karena suhu rendah (frost bite).
B.Berdasarkan kedalaman luka bakar
Luka
bakar derajat I
1. Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
2. Kulit kering, hiperemi berupa eritema
3. Tidak dijumpai bulae
4. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
5. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
Luka bakar derajat II
1.
Kerusakan
meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi.
2.
Dijumpai
bulae.
3.
Nyeri karena
ujung-ujung saraf teriritasi.
4.
Dasar luka
berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1.
Derajat IIdangkal (superficial)
a.
Kerusakan
mengenai bagian superfisial dari dermis.
b.
Organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
c.
Penyembuhan
terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
2.
Derajat II dalam (deep)
a.
Kerusakan
mengenai hampir seluruh bagian dermis.
b.
Organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.
c.
Penyembuhan
terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi lebih dari sebulan.
Luka
bakar derajat III
a. Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan
lapisan yang lebih dalam.
b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
c. Tidak dijumpai bulae.
d. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat.
Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
e. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal sebagai eskar.
f. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
g. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi
proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
C. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Luka bakar mayor
1.
Luka bakar
dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
2.
Luka bakar fullthickness
lebih dari 20%.
3.
Terdapat luka
bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
4.
Terdapat
trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya
luka.
5.
Terdapat luka
bakar listrik bertegangan tinggi.
b.Luka
bakar moderat
1. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa
dan 10-20% pada anak-anak.
2. Luka bakar fullthickness kurang dari
10%.
3. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata,
telinga, kaki, dan perineum.
c.Luka
bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang
dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
3) Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan,
dan kaki.
4)
Luka tidak
sirkumfer.
5)
Tidak
terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
D. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :
1.
Rule of nine
a
Kepala dan
leher : 9%
b
Dada depan
dan belakang : 18%
c
Abdomen depan
dan belakang : 18%
d
Tangan kanan
dan kiri : 18%
e
Paha kanan
dan kiri : 18%
f
Kaki kanan
dan kiri : 18%
g
Genital : 1%
2.
Diagram
Penentuan luas luka
bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai
berikut:
LOKASI
|
USIA (Tahun)
|
||||
0-1
|
1-4
|
5-9
|
10-15
|
DEWASA
|
|
KEPALA
|
19
|
17
|
13
|
10
|
7
|
LEHER
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
DADA & PERUT
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PUNGGUNG
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PANTAT KIRI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PANTAT KANAN
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
KELAMIN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
LENGAN ATAS KA.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN ATAS KI.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN BAWAH KA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
LENGAN BAWAH KI.
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
TANGAN KA
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
TANGAN KI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PAHA KA.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
PAHA KI.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
TUNGKAIBAWAH KA
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
TUNGKAI BAWAH KI
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
KAKI KANAN
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
KAKI KIRI
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3. Telapak Tangan
Pada Banyak pasien dengan luka bakar
yang menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar
adalah dengan metode telapak tangan (
palm Method ). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1 % luas permukaan
tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar
4
Penatalaksanaan
1.Penanggulangan
terhadap shock
2.Mengatasi gangguan keseimbangan cairan
Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi
yaitu:
(1) 24 jam I : Cairan Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB..½
bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
(2) b.½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
(3) 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + %
LLB) X BSA cc.
(4) Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5
cc/kg/%).
3.Mengatasi gangguan pernafasan
4. Mengataasi infeksi
5. Eksisi eskhar dan skin graft.
6. Pemberian nutrisi
7. Rahabilitasi8.Penaggulangan terhadap gangguan
psikologi
5
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
laboratoriyum darah yang meliputi :
1
Hitung darah lengkap :
peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
2
Elektrolit serum : kalium meningkat karena
cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya
menurun pada kehilangan air.
3
Alkalin fosfat : peningkatan
sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan pompa natrium.
4
Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin
menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.
5
Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera
inhalasi
6
Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera
inhalasi
7
EKG untuk mengetahui adanya iskemik
miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
8
BUN dan kreatinin untuk
mengetahui fungsi ginjal.
9
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada
cedera inhalasi.
10 Bronkoskopi membantu memastikan
cedera inhalasi asap.
11 Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema
cairan.
12 Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya. (Doenges, 2000, 804)
6
Komplikasi
Komplikasi luka bakar bmeliputi infeksi, perdarahan,
dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat
trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2.
Perdarahan
Perdarahan dapat
menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi,
atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia
mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan)
jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan
tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan
balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan mungkin diperlukan.
3.
Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang
paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor
meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu,
batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien
mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4–5 hari setelah
operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan
eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,
kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan
pada daerah luka
7
Patway
2.
Konsep Asuhan keperawatan
1.
Pengkajian ( Doengoes, 2000 )
A.
Identitas pasien
Resiko
luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena
infeksi.
B.
Riwayat kesehatan
sekarang
1.Sumber kecelakaan
2. Sumber panas atau penyebaba yang
berbahaya
3. Gambaran yang mendalam bagaimana
luka bakar terjadi
4. Faktor yang mungkin berpengaruh
seperti alkohol, obat-obatan
5. Keadaan fisik disekitar luka bakar
6. Peristiwa yang terjadi saat luka
sampai masuk rumah sakit
7. Beberapa keadaan lain yang
memeperbaat luka bakar
C. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai
penyakit yang merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis,
gangguan pernafasan)
D.
Pemeriksaan Fisik dan
psikososial
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan,
tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot,
perubahan tonus.
2.
Sirkulasi:
Tanda ( dengan cedera luka
bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal
pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan
nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang
keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda:ansietas,
menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda:
oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6.
Neurosensori:
Gejala:
area batas; kesemutan.
Tanda:
perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda:
serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera
api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
Cedera
kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis;
atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera
listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar
termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
10.
Pemeriksaan diagnostik:
LED:
mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan
henti jantung.Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal,khususnya pada cedera inhalasi
asap.BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.Urinalisis menunjukkan mioglobin
dan hemokromogen menandakan kerusakanotot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.Koagulasi memeriksa
faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka akar masif. Kadar
karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. ANALISA DATA:
DATA
|
ETIOLOGI
|
PATOFISIOLOGI
|
MASALAH
|
|||
S: Pasien mengeluh nyeri dan
panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar , luka masih basah, pasien
meringis kesakitan saat luka dirawat.
|
Cedera luka bakar.
|
Luka bakar
Terpajan sampai lapisan dermis
Rangsang saraf nosiseptor terputus
Rangsang nyeri ke pusat saraf otak
Dimanifestasikan sebagai nyeri
|
Nyeri.
|
|||
S: Pasien mengeluh luka bakar
terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah,
pasien mengalami luka bakar warna merah muda pucat.
|
Kehilangan integritas kulit yang disebabkan
oleh luka bakar.
|
Luka bakar luas
Terpajan sampai lapisan dermis
Folikel rambut dan lapisan epidermis
terkena
Epitel pelindung tidak ada
Port de entry kuman infeksi
|
Resiko infeksi.
|
|||
S: Pasien mengatakan malu dengan
luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan
wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar , luka bakar pada wajah dan leher
, bulu mata, alis, bulu hidung hangus.
|
Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
|
Luka bakar luas
Terpajan sampai lapisan dermis
Ketidakmampuan pasien beradaptasi dengan
kondisi baru
Perubahan harga diri
Murung, cemas, depresi.
|
Perubahan harga diri.
|
3.
Diagnosa Keperawatan ( Doengoes ; 2000)
a.
Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia ; luka bakar daerah
leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada.
b.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan
cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik
c.
Resiko kerusakan pertukaran gas
b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap
luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d.
Resiko infeksi b/d. Pertahanan
primer tidak adequat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
e.
Nyeri b/d. Kerusakan
kulit/jaringan; bentukam edem; manifulasi jaringan cidera.
f.
f. Resiko kerusakan perfusi jarinagn b/d luka
bakar melingkari ekstremitas atau luka
bakar listrik dalam.
g.
Kerusakan integritas kulit b/d destruksi lapisan kulit
4.
Intervensi Keperawatan
No
|
Dx
Keperawatan
|
Rencana
keperawatan
|
||
Tujuan
& KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
Resiko tinggi
bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi trakheobronkhial; oedema
mukosa; kompressi jalan nafas .
|
1. Bersihan
jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil; Bunyi nafas vesikuler,RR dalam batas normal, bebas dispnoe tatau cyanosis.
|
a. Awasi
tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.
b. Awasi
pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine
dan hemates sesuai indikasi.
c. Pantau
drainase luka dan kejilangan yang tampak
d. Timbang
berat badan setiap hari
e.Ukur
lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi
f. Selidiki perubahan mental
g. Observasi
distensi abdomen,hematomesis,feces hitam.
Hemates drainase NG dan feces secara periodik.
h. Lakukan
program kolaborasi meliputi :
Pasang / pertahankan kateter urine
Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma,
albumin.
i. Awasi
hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
j.Berikan obat sesuai idikasi
-
Diuretiaka
-
Kalium
-
Antasida
|
a. Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
b.Penggantian cairan dititrasi
untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang
dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan
keluarnya mioglobin.
c. Peningkatan
permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan
cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
d.Penggantian
cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya
e. Memperkirakan
luasnya oedema dan perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran
urine.
f. Penyimpangan pada tingkat
kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan
perfusi serebral
g. Stres (Curling)
ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat
terjadi pada awal minggu pertama).
h. Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.
Resusitasi
cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah
komplikasi.
i.Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan
penggantian cairan dan elektrolit.
j.Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris
/mencegah nekrosis.
Penggantian
lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar
Menurunkan
keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan
iritasi gaster.
|
2.
|
Resiko kekurangan volume cairan b/d luka
bakar luas.
|
2.Pasien
dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema,
elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
|
1. Pantau:
-
Tanda-tanda vital setiap jam
selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam
selama periode rehabilitasi.
-
Warna urine.
-
Masukan dan haluaran setiap
jam selama periode darurat, setiap 4 jam selam aperiode akut, setiap 8 jam
selama periode rehabilitasi.
Pantau:
-
Tanda-tanda vital setiap jam
selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam
selama periode rehabilitasi.
-
Warna urine.
-
Masukan dan haluaran setiap
jam selama periode darurat, setiap 4 jam selam aperiode akut, setiap 8 jam
selama periode rehabilitasi.
-
Hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit.
-
Berat badan setiap hari.
-
CVP (tekanan vena sentral)
setiap jam bial diperlukan.
-
Status umum setiap 8 jam.
b.Pada
penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka
bakar.
c.Mulai
terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai
melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas
dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.
d. Beritahu
dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6
mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang
normal, urine gelap atau encer gelap.
e.Konsultasi
doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
f.Tes guaiak
muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif.
g.Berikan
antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin.
|
Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang
ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan
jarinagn tak adekuat.
b. Inspeksi adekuat dari
luka bakar.
c. Penggantian cairan cepat
penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi
melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan
vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravaskular
d. Temuan-temuan ini
mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas,
perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan
hipovolemi.
e. Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular selama periode
pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada
kompartemen intravaskuler.
f. Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).
g.Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus
stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
|
3.
|
Resiko kerusakan
pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal
sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
|
3. Pasien
dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia
evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal, bunyi
nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
|
a. Pantau
laopran GDA dan kadar karbon monoksida serum.
b. Beriakan
suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan
selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai
pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia,
hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).
c. Anjurkan
pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama
tirah baring.
d. Pertahankan
posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi
dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan.
|
a.Mengidentifikasi
kemajuan dna penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat
merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.
b. Suplemen
oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi
mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan
secara mandiri.
c. Pernafasan dalam mengembangkan alveoli,
menurunkan resiko atelektasis.
d. Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap
diafragma.
Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas
kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.
|
4.
|
Resiko infeksi
b/d pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlindunga kulit.
|
4.Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam,
pembentukan jaringan granulasi baik.
|
a.Pantau:
-
Penampilan luka bakar (area
luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur
kulit dilakukan) setiap 8 jam.
-
Suhu setiap 4 jam.
-
Jumlah makanan yang
dikonsumsi setiap kali makan.
b.Bersihakn
area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen)
sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan
yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline
atau op site.
c.Lepaskan
krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril
dan beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar
dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
d.Beritahu
dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi
donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika
IV sesuai ketentuan.
e.Tempatkan
pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang
mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort
untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan
masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis
pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.
f.Bial
riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia
(hyper-tet) sesuai pesanan.
g.Mulai
rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan
suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila
masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial
pasien tak dapat makan per oral.
|
a.Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan
atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
b.Pembersihan
dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
c.Antimikroba
topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi
pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur
pertumbuhan baketri.
d.Temuan-temuan
ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab
sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis
tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
e.Kulit
adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril
dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan
pasien pada kebosanan.
f.Melindungi
terhadap tetanus.
g.Ahli diet
adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi
pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita.
Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
|
5.
|
Nyeri b/d
kerusakan kulit/jaringan, pembentukan oedema, manipulasi jaringan cedera.
|
5. Pasien
dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan
perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
|
a.Berikan
anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum
prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila
luka bakar luas.
b.Pertahankan
pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra
untuk memberikan kehangatan.
c.Berikan
ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.
d.Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan.
Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat
membantu membalikkan badan sendiri.
|
a.Analgesik
narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi
obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh
perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas kapiler.
b.Panas dan
air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan
eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
c.Menururnkan
neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur
terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
d.Menghilangkan
tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar
selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.
|
6.
|
Resiko kerusakan
perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstremitas atau luka bakar
listrik dalam.
|
6.Pasien
menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi: warna kulit normal, menyangkal
kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba.
|
a.Untuk luka
bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau status
neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam.
b.Pertahankan
ekstermitas bengkak ditinggikan.
c.Beritahu
dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler buruk,
atau penurunan sensasi. Siapkan untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
|
a.Mengidentifikasi
indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
b.Meningkatkan
aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.
c.Temuan-temuan
ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat mengkaji tekanan
jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki
sirkulasi adekuat.
|
7.
|
Kerusakan
integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan
kulit.
|
7.Memumjukkan
regenerasi jaringan
Kriteria hasil:
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
|
a.Kaji/catat
ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka.
b.Lakukan
perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
c.Pertahankan
penutupan luka sesuai indikasi.
d.Tinggikan
area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
e.Pertahankan
balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
f.Cuci sisi
dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam
sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.
g.Lakukan
program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis
|
a.Memberikan
informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada aera graft.
b.Menyiapkan
jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
c.Kain
nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit
repitelisasi.
d.Menurunkan
pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah
graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
e.Area
mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.
f.Kulit
graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk
mempertahankan kelenturan.
g.Graft
kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan
sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar merupakan suatu bentuk cedera berat
yang memerlukan penangan dan penatalaksanaan yang komplek dengan biaya yang
cukup tinggi serta angka morbilitas dan mortalitas karena beberapa faktor yang
sangat komplek antara lain fakto penderita, faktor penangan petugas, faktor
fasilitas dan faktor cederanya.
Untuk penangan luka bakar perlu diketahui fase
luka bakar, karena penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka
bakar. Pada penangan luka bakar seperti peneangan trauma yang lain haraus
ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalkasaan sejak awal harus
sebaik-baiknya karena pertolongan perama kali sangat menemtukan perjalanan
penyakit ini selanjutnya.
Telah diuraikan dalam makalah ini maka cara
penatalaksanaan yang bisa dipakai sebagai panduan/ pedoman dalam penangan
penderita luka bakar fase akut.
3.2 Saran
Sebagai tenanga kesehatan,khususnya perawat, kita
harus mengetahi dan mengerti tentang konsep dasar penyakit dan konsep dasar
penykit dan asuhan keperawat pada klien luka bakar. Untuk itu perlu dilakukan
usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan denagn pasien
luka bakar dalam rangka meningkatkan kepuasan klien sebagai penerima jasa
pelayanan kesehatan dan dilakukan secara profesiaonal.
DAFTAR PUSTAKA
Marison,
J moya. 2004. Manajmat Luka.Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Moenadjat,
Yefta. 2003. Luka Bakar. Kedokteran
Universitas Indonesia.Jakarta
Perdanakusuma, David S. dkk. 2006. Penangan Luka Bakar. Airlangga
University press,Surabaya
Boughman, Diane C.dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.Buku Keokrteran.Jakarta
: SSEGC
No comments:
Post a Comment