LIMFOMA NON HODGKIN
PENGERTIAN
Adalah
keganasan Limfosit-B dan sistem sel Limfosit T.
Kebanyakan klien dengan Lim-foma Non Hodgkin masuk dalam kategori besar
karena gambaran klinisnya: nodular, tipe lamban dan menyebar, limfoma agresif.
Untuk
tujuan pengobatan: klasifikasi secara histopatologis membagi limfoma non
hodgkin (LNH) kedalam derajat rendah, intermediat, tinggi dan beberapa derajat
lain. Daftar berikut menata tipe-tipe
sel dan derajat dari Sistem Rappaport dan Working Formulation.
Rappaport
|
Working Formulation
|
Derajat Rendah
|
|
Menyebar,
limfositik, diferensiasi baik.
Nodular,
campuran limfositik-histiositik.
Nodular,
campuran limfositik-histiositik.
|
a. Limfositik, kecil.
b. Terutama pembelahan kecil.
c. Campuran pembelahan kecil dan sel
besar.
|
Derajat Intermediet
|
|
Nodular,
histiositik.
Menyebar
diferensiasi buruk, limfositik.
Menyebar,
campuran limfositik-histiositik.
Menyebar,
histiositik.
|
d. Terutama sel besar.
e. Sel terbelah kecil.
f.
Campuran
sel besar dan kecil.
g. Sel besar.
|
Derajat Tinggi
|
|
Menyebar,
histiositik.
Menyebar,
limfoblastik.
Menyebar,
tidak berdiferensiasi.
|
h. Sel besar, immunoblastik.
i.
Limfoblastik.
j.
Sel
kecil tidak membelah.
|
TANDA
DAN GEJALA
¨
Nodul
limfa tidak nyeri pada leher, aksilaris atau inguinal.
¨
Malaise
dan kehilangan tenaga.
¨
Demam.
¨
Berkeringat
malam.
¨
Penurunan
BB.
¨
Penurunan
jumlah darah yang terkena sumsum tulang atau anemia Hemolitik Auto-imun.
¨
Gangguan
gastrointestinal.
¨
Gejala
pulmonal dan jantung.
¨
Perubahan
neurologis (SSP).
Insiden penyakit SSP pada LHN
berkenaan dengan limfoma yang berhubungan dengan AIDS dan post Transplant
Lympro Life rative Disorder (PLTD).
PENATALAKSANAAN
¨
Pembedahan,
merupakan hal yang esensial dalam menegakkan diagnosa.
¨
Radioterapi.
¨
Kemoterapi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
¨
Hitung
darah lengkap
-
SDP
dapat normal, menurun atau meningkat.
-
Diferensial
SDP: neutrofilia, monosit, basofilia dan eosinofil serta limfopenia.
-
SDM dan
Hb/Ht: menurun.
¨
Eritrosit
-
Normositik
ringan sampai sedang, anemia normositik (hiperplenisme).
-
LED:
meningkat selama tahap aktif, menunjukkan inflamasi berguna untuk menga-wasi
klien pada perbaikan dan deteksi dini berulangnya penyakit.
¨
- Kerapuhan osmotik: meningkat.
-
Trombosit menurun.
¨
Test
Coomb: reaksi positif (anemia hemolitik).
Reaksi negatif terjadi pada penyakit lanjut.
¨
Besi
serum dan TIBC: menurun.
¨
Alkalin
Fosfatase serum: meningkat.
¨
Kalsium
serum: meningkat bila tulang terkena.
¨
Asam
urat serum: meningkat.
¨
BUN:
meningkat bila ginjal kena.
¨
Hipergamaglobulinemia
umum: dapat terjadi pada penyakit lanjut.
¨
Foto
dada: menunjukkan adenopati mediastinal (Hilus, infiltrat nodulus atau efusi
ple-ura.
¨
Foto
thorax: vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis atau area tulang nyeri
tekan: menentukan area yang terkena dan membantu pentahapan.
¨
CT
Scan dada: bila adenopati hilus terjadi, menyatakan keterlibatan nodul limfa
mediastinum.
¨
CT
Scan abdominal: untuk mengesampingkan penyakit nodus pada abdomen dan pelvis
serta organ yang tak terlihat pada pemeriksaan fisik.
¨
USG
abdominal: mengevaluasi luasnya nodus limfa retroperitoneal.
¨
Scan
tulang: mendeteksi keterlibatan tulang.
¨
Biopsi
sumsum tulang: menentukan keterlibatan sumsum tulang.
¨
MRI.
¨
IVP
(Intravena Pielogram).
¨
Limfangiogram.
¨
Mediastinoskopi:
membuktikan keterlibatan nodus mediastinal.
¨
Laparotomi
atau laparoskopi lebih mengarah pada penyakit Hodgkin daripada LNH.
FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
·
Kelelahan,
kelemahan atau malaise umum
·
Kehilangan
produktifitas dan penurunan toleransi latihan.
·
Kebutuhan
tidur dan istirahat lebih banyak.
·
Penurunan
kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang me-nunjukkan
kelelahan.
2. Sirkulasi
·
Palpitasi,
angina (nyeri dada).
·
Takikardia,
disritmia.
·
Sianosis
wajah dan leher.
·
Ikterus
sklera dan ikterik umum.
·
Pucat
(anemia), diaforesis (keringat malam).
3. Pernafasan
·
Dispnea
saat kerja atau istirahat: nyeri dada.
·
Takikardia.
·
Batuk
kering non produktif.
·
Tanda
distress pernafasan seperti peningkatan
frekuensi pernafasan dan kedala-man, penggunaan otot bantu, stridor dan
sianosis.
4. Neuro Sensori
·
Nyeri
saraf (neuralgia).
·
Kelemahan
otot, parestesia.
·
Status
mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar.
·
Paraplegia.
5. Integritas Ego
·
Faktor
stress.
·
Takut/ansietas.
·
Masalah
finansial.
·
Status
hubungan.
·
Perilaku,
seperti: marah, menarik diri dan pasif.
6. Eliminasi
·
Perubahan
karakteristik urine dan faeces.
·
Obstruksi
usus.
·
Nyeri
tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali).
·
Anuria,
urine gelap/pekat.
·
Disfungsi
usus dan kandung kemih.
7. Makanan dan Cairan
·
Anoreksia.
·
Disfagia.
·
Penurunan
BB.
·
Pembengkakkan
wajah, leher, rahang atau tangan kanan.
·
Edema
ekstremitas bawah.
·
Asites.
8. Nyeri/Kenyamanan.
·
Nyeri
tekan pada nodus limfa yang terkena.
·
Nyeri
punggung dan tulang.
·
Nyeri
pada area yang terkena setelah minum alkohol.
9. Keamanan
·
Resiko
infeksi.
10. Seksualitas.
·
Fertilitas
dan kehamilan akibat pengaruh pengobatan.
·
Penurunan
libido.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
·
Faktor
resiko keluarga.
·
Pekerjaan.
·
Perawatan
dan pengobatan.
·
Pemulangan.
PRIORITAS
KEPERAWATAN
1. Memberikan dukungan fisik dan
psikologis selama test diagnostik dan program pengo-batan.
2. Mencegah komplikasi.
3. Menghilangkan nyeri.
4. Memberikan informasi tentang
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan
Pemulangan:
- Komplikasi dicegah/menurun.
- Menerima situasi dengan nyata.
- Nyeri hilang/terkontrol.
- Proses penyakit/prognosis, kemungkinan komplikasi dan program pengo-batan di pahami.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Pola pernafasan/bersihan jalan nafas
tidak efektif, resiko tinggi terhadap
berhubungan dengan obstruksi trakeo bronkial; pembesaran nodus
mediastinal atau edema jalan nafas; sindrom vena cava superior.
2. Ansietas berhubungan ancaman dari
yang dirasakan sehubungan dengan diag-nosa limfoma.
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan
dengan kemoterapi untuk pengobatan limfoma, keterlibatan sumsum tulang pada
limfoma.
4. Perubahan perfusi jaringan, kardio pulmonal
berhubungan dengan anemia dan trombositopenia yang disebabkan oleh limfoma dan
atau kemoterapi.
5. Resiko terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan syok septis a-kibat penurunan imun.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorek-sia, mual-muntah dan diare karena
kemoterapi atau limfoma gastrointestinal.
7. Gangguan keseimbangan cairan (kurang
atau kelebihan) berhubungan dengan efek samping dari kemoterapi, hidrasi yang
berlebihan selama kemoterapi.
8. Resiko terhadap perubahan integritas
kulit berhubungan dengan ekstravasasi dari kemoterapi vena.
9. Gangguan eliminasi, perubahan pola
berhubungan dengan asam urat nefropat, GGA dari sindrom lisis tumor dan efek
samping kemoterapi.
10. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
diagnosis limfoma dan prognosis yang tidak pasti.
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit
dan pengobatan; progno-sis.
12. Disfungsi seksual berhubungan dengan
kemungkinan infertilitas karena kemo-terapi dan terapi radiasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1:
Pola pernafasan/bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko tinggi
ber-hubungan dengan obstruksi trakeobronkial, pembesaran nodus me-diastinal dan
atau edema jalan nafas, sindroma vena cava superior.
Intervensi:
1.
Kaji/awasi
frekuensi pernafasan, kedalaman, irama.
2.
Tempatkan
klien pada posisi nyaman.
3.
Berikan
posisi dan bantu ubah posisi secara periodik.
4.
Anjurkan
untuk latihan teknik nafas dalam, pernafasan bibir, pernafasan dia-fragmatik
bila diindikasikan.
5.
Awasi/evaluasi
warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis.
6.
Identifikasi/dorong
penghematan energi.
7.
Dorong
ekspresi perasaan.
8.
Berikan
lingkungan yang tenang.
9.
Observasi
distensi vena leher, sakit kepala, pusing, edema peri orbital/fekal, dispnea
dan stridor.
Kolaborasi:
10. Berikan O2, pengobatan pernafasan/tambahan
seperti spirometri intensif.
11. Awasi pemeriksaan laboratorium.
12. Berikan analgesik dan tranqualizer sesuai
indikasi.
13. Bantu intubasi dan ventilasi mekanik.
14. Siapkan terapi radiasi darurat bila
diindikasikan.
Rasional:
1.
Perubahan
yang terjadi dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pe-ngaruh
pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
2.
Memaksimalkan
ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurun-kan resiko aspirasi.
3.
Meningkatkan
aerasi semua segmen paru dan memobilisasi sekresi.
4.
Membantu
meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas, memberikan kontrol terhadap
pernafasan, membantu menurunkan ansietas.
5.
Proliferasi
SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah menim-bulkan hipoksemia.
6.
Membantu
menurunkan kelelahan dan dispnea serta menyimpan energi untuk regenerasi
seluler dan fungsi pernafasan.
7.
Ansietas
meningkatkan kebutuhan O2 dan hipoksemia dapat menyebabkan distress
pernafasan/gejala jantung yang meningkatkan ansietas.
8.
Meningkatkan
relaksasi, penyimpanan energi dan menurunkan kebutuhan O2.
9.
Klien
LNH pada resiko sindrom vena cava superior dan obstruksi jalan nafas
menunjukkan kedaruratan onkologis.
10. Memaksimalkan ketersediaan untuk kebutuhan
sirkulasi, membantu menu-runkan hipoksemia serta meningkatkan aerasi maksimal
pada semua segmen paru, mencegah atelektasis.
11. Mengukur keadekuatan fungsi pernafasan dan
keefektifan terapi.
12. Mengurangi nyeri/ansietas sehingga menurunkan
penggunaan kebutuhan O2 dan membatasi pengaruh pernafasan.
13. Untuk dukungan fungsi pernafasan sampai edema
jalan nafas teratasi.
14. Pengobatan pilihan untuk sindroma vena cava
superior.
Diagnosa 2:
Ansietas berhubungan dengan ancaman diri yang dirasakan sehubu- ngan dengan diagnosa limfoma.
Intervensi:
1.
Kenali
tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2.
Jelaskan
proses penyakit sesuai dengan kebutuhan.
3.
Berikan
informasi mengenai terapi atau pilihan pengobatan.
4.
Tentukan
jika ada perbedaan pandangan klien terhadap kondisinya dan pan-dangan tenaga
kesehatan.
5.
Berikan
klien alternatif pilihan yang sesuai.
6.
Bantu
klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan pe-ngobatan.
7.
Dapatkan
persetujuan tindakan jika perlu.
Rasional:
1.
Data
akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari duplikasi.
2.
Membantu
klien dalam memahami proses penyakit.
3.
Membantu
klien untuk membuat keputusan pengobatan.
4.
Memungkinkan
dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan kon-sepsi serta kesalahan
pengertian.
5.
Membantu
klien dalam memahami pilihan.
6.
Mendorong
klien untuk melihat secara rasional terhadap pilihan pengobatan.
7.
Meningkatkan
persetujuan tindakan.
Diagnosa 3: Resiko terhadap infeksi
berhubungan dengan kemoterapi untuk
pengobatan limfoma, keterlibatan sumsum tulang pada limfoma.
Intervensi:
1. Pantau
SDP (sel darah putih), diferensiasi, hitung AGC (AGC= SDP total x [%
segmen+] %
lembaran).
2. Pantau
infeksi sistemik atau letak infeksi, tetap ingat bahwa tanda-tanda normal
infeksi (kemerahan, pus, inflamasi,hangat) berhubungan dengan kerja SDP, jadi
tanda-tanda normal infeksi mungkin tidak ada.
3. Pantau tanda-tanda vital meliputi
suhu setiap 4 jam dan lebih sering lagi jika di perlukan.
4. Laporkan demam diatas 37,7oC
dengan segera.
5. Bantu klien mengenai kebersihan diri
meliputi mandi, kebersihan mulut dan perawatan perineal.
6. Anjurkan istirahat sesuai kebutuhan.
7. Berikan antibiotik, anti jamur dan
antimikrobial sesuai kebutuhan.
8. Ganti semua balutan setiap hari
termasuk pada jalur sentral.
9. Ajarkan klien dan keluarga tindakan
untuk menurunkan resiko infeksi.
10. Ajarkan klien, keluarga/teman tanda
dan gejala infeksi, tekankan apa yang harus dilaporkan pada tim kesehatan.
11. Instruksikan klien untuk menghindari
orang dengan infeksi pernafasan (flu, de-mam), anak dengan penyakit infeksi
(chicken pox) dan hindari kontak lang-sung dengan luka flu dan lesi herpetik.
Rasional:
1. AGC dibawah 500 sel/mm3 menempatkan
klien pada resiko berat terhadap in-feksi.
2. Kekurangan neutropil selama
granulositopenia menghambat kemampuan un-tuk melawan infeksi dan dapat menutupi
munculnya tanda-tanda infeksi.
3. Demam atau hipotermia mungkin
mengindikasikan munculnya infeksi pada kli-en granulositopenik.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan jumlah SDP yang rendah mung-kin hanya merupakan tanda infeksi pada klien
granulositopenia.
5. Menurunkan kehadiran organisme
endogen.
6. Keletihan dapat menekan fungsi imun.
7. Mencegah dan/atau menangani
sumber-sumber infeksi pada klien dengan pe-nurunan fungsi imun.
8. Mencegah sepsis dan infeksi pada
daerah invasif atau daerah lain.
9. Menurunkan potensial infeksi.
10. Meningkatkan kepatuhan dengan regimen
perawatan.
11. Kontak dengan seseorang yang
terinfeksi dapat mengarahkan pada infeksi se-rius.
PENGKAJIAN
DATA
Nama Mahasiswa :
Herry Reonardo
NIM :
019930023 B
Ruangan : Interna Laki I
Tanggal Pengkajian : 05 Juni 2001
I.
IDENTITAS
Nama : Tn. E. S.
Umur
: 18 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama
: Islam.
Pekerjaan :
Pelajar
Pendidikan : STM kelas 3
Alamat : Jl. Kedung Rejo RT 8/3, Madiun.
Alasan
Dirawat: Badan panas sejak 25 hari setelah minum obat dari dokter, pada-hal
sebelumnya badan tidak panas. Terdapat
benjolan di leher, ketiak serta lipatan paha.
Pertama kali muncul dilipatan paha, kemudian leher bawah rahang kanan/kiri,
kemudian terakhir di ketiak besarnya kurang lebih sebesar telur ayam.
Keluhan
Utama Sebelumnya:
Badan panas tinggi,
kesulitan menelan, produk saliva banyak.
Klien mengeluh mual dan ada muntah.
Upaya yang telah
dilakukan:
Berobat ke puskesmas, kemudian ke RSUD Madiun. Karena tidak bisa menangani kemudian dirujuk
ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan: -
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
2.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Extirpasi Uci-Uci ditangan sewaktu
SD. Tidak ada batuk lama dan batuk
darah. Badan panas pada malam hari.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Badan panas tinggi sampai menggigil,
diare, kesulitan bicara dan menelan serta ter-dapat produk saliva yang
berlebihan. Benjolan dileher, ka/ki
dengan diameter ±
3-4 cm, ketiak ka/ki q
0,5-1 cm; lipatan paha kanan q
4 cm, mobiler kiri q
4 cm, mobiler bawah dagu q
6 cm
2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti yang sekarang sedang dialami klien maupun penyakit
yang lain.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
:
Perempuan
: Klien laki-laki
: Meninggal
2.4 Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien tinggal
dilingkungan pedesaan didaerah Caruban.
Kondisi rumah agak jauh dari rumah yang lain.
2.5 Alat Bantu Yang Dipakai: tidak ada.
III.
OBSERVASI
DAN PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan
Umum:
Keadaan umum klien lemah,
demam tinggi sampai menggigil, ada muntah 1x, hipersalivasi. Klien tampak pucat, ada diare, hidung
tersumbat, tonsil meradang dan telinga kanan terasa nyeri. BB awal= 58 kg, sekarang tinggal 42 kg. TB= 160 cm.
2.
Tanda-tanda
Vital:
Suhu 39oC/axilla, nadi kuat dan
tidak teratur, 128x/menit, tensi diukur dengan klien berbaring pada lengan
kiri, hasilnya= 110/60 mmHg, pernafasan
28x/me-nit.
3.
Sistem
Tubuh (Body Systems):
3.1 PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Hidung :
tersumbat.
Trachea :
letaknya normal, tonsil meradang, terasa nyeri.
Batuk berdahak.
Bentuk dada: simetris.
3.2 CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
Ada
keluhan sakit kepala.
Suara
jantung: normal.
Edema :
tidak ada.
3.3
PERSYARAFAN (B3: BRAIN)
Kesadaran: compos mentis.
GCS : E= 4 V=5
M= 6
Total nilai: 15
Kepala dan wajah : bentuk kepala mono
cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri. Wajah pucat, tulang pipi menonjol.
Mata:
-
Sklera : putih, icterus.
-
Conjunctiva:
pucat.
-
Pupil
: isokor.
Leher: terdapat benjolan sebesar telur
ayam ka/ki dengan diameter 3 cm. Di
bawah dagu diameter 6 cm.
Persepsi Sensori
Pendengaran kiri : normal.
Pendengaran kanan: terasa nyeri.
Penciuman : hidung
tersumbat/berair.
Pengecapan : tidak ada kelainan.
Penglihatan : tidak ada kelainan.
Perabaan
: tidak ada kelainan.
3.3 PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4:
BLADDER)
Produksi
urine 1000-1200 ml, frekuensi 2 – 3x/hari.
Warna : kuning tua. Bau: amoniak.
Lainnya : tidak ada kelainan.
3.4 PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5:
BOWEL)
Mulut dan tenggorok:
tonsil membesar kanan/kiri.
Abdomen
: teraba keras/tegang.
Rectum
: normal
BAB : 3-4x/hari. Konsistensi: encer/diare.
Diet : TKTP.
3.5 TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan
pergerakan sendi:
bebas.
Extremitas: (terabat dingin)
- Atas :
terdapat peradangan pada lengan kiri akibat plebitis.
- Bawah :
tidak ada kelainan.
Tulang Belakang: tidak ada kelainan.
Kulit:
-Warna kulit: pucat.
- Akral : panas.
- Turgor: baik.
3.6 SISTEM ENDOKRIN
Terapi hormon: tidak
pernah.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik:
kelemahan.
3.7 SISTEM HEMATOPOIETIK:
Diagnosis
penyakit Hematopoietik yang lalu:
-
Anemia.
-
Transfusi
darah.
Tipe darah: PRC dan TC.
- Lymphadenopathy.
3.8 REPRODUKSI
Laki-laki
Penis : klien telah di sirkumsisi.
Scrotum: tidak ada
kelainan.
3.9
PSIKOSOSIAL
Konsep diri:
Identitas
Status klien dalam
keluarga: anak.
Kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dalam keluarga: puas.
Kepuasan klien terhadap
jenis kelaminnya: puas.
Peran
Tanggapan klien terhadap
perannya: senang.
Kemampuan/kesanggupan
klien melaksanakan perannya: sanggup.
Kepuasan klien
melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/Harapan
Harapan klien terhadap penyakit yang
sedang dideritanya: dapat cepat sembuh.
Harga diri
Tanggapan klien terhadap harga dirinya:
sedang.
Sosial/Interaksi
Hubungan dengan klien: tidak kenal.
Dukungan keluarga : aktif.
Dukungan kelompok/teman/masyarakat: kurang.
Reaksi saat interaksi
: kontak mata.
Lainnya: klien agak cuek.
Konflik yang terjadi terhadap: peran.
3.10
SPIRITUAL
Konsep tentang penguasa
kehidupan: Allah.
Sumber kekuatan/harapan
disaat sakit: Allah.
Ritual agama yang
bermakna/berarti/diharapkan saat ini: sholat.
Sarana/peralatan/orang
yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini: lewat
ibadah.
Upaya kesehatan yang
bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada.
Keyakinan/kepercayaan
bahwa penyakit dapat disembuhkan: klien
mempercayainya.
Persepsi terhadap
penyebab penyakit: sebagai cobaan/peringatan.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium tanggal 05 Juni 2001:
*
Pemeriksaan DL:
-
Leukosit : 0,9
x 1000/UL
-
Eritrosit :
2,85 x 1 juta/UL
- Hb : 6,1
g/dl.
- PCV (HCT) : 24,6%/jam.
- Trombosit (PLT) : 19 x 1000
- Diff
: tidak dapat dievaluasi karena
jumlahnya rendah.
- LCD : 70 mm/jam.
* Mikrobiologi tanggal 05 Juni 2001:
-
Kultur
Bahan: darah kultur.
Pembiakan/kultur: I = steril
II=
steril
III=
steril
Tanggal 30 April 2001:
PPT : 11,7
C: 14
KPTT : 30,8
C: 31,2
Albumin : 2,8 g/dl.
* Patologi Anatomi (PA) tanggal 1 Mei 2001:
-
Kesimpulan:
multiple nodul colli, sub mentalis dan inguinal dextra/sinistra. RNA: Now Hodgkin’s Lymphoma large cell type
high grade.
* USG Abdomen tanggal 30 April 2001:
-
Kesimpulan: Splenomegali non cirhosis (menyokong lymphoma).
* Foto Thorax tanggal 27 April 2001
-
Cor:
besar dan bentuk normal.
-
Pulmo:
tak tampak infiltrat, kelainan serta proses metastase.
-
Sinus
Phrenico-Costalis kanan & kiri tajam.
Terapi:
-
Injeksi
NaCl 0,9% : D5%= 1:1 20 tts/mnt.
-
Injeksi
Raclonid 1 amp k/p.
-
Injeksi
Xyllo:Della= 2:1/IM.
- Multivitamin 3x1.
- Injeksi Cepotaxim 1 gr 3x1 vial.
- Paracetamol 500 mg 3x1 tab k/p.
- Bethadine kumur.
-
TC
10 U bila ada perdarahan.
-
Transfusi
PRC 2 kolf/hari.
-
Obat
tetes hidung 1%.
-
Diet
TKTP.
ANALISA DATA
No/
Tgl.
|
Kelompok
Data
|
Kemungkinan
Penyebab Masalah
|
Masalah
|
Diagnosis
|
1.
6/6/
2001
|
DS:
Klien mengeluh di-ngin kadang sam-pai menggigil keti-ka badannya panas
DO:-Suhu:
39oC, nadi: 128x/mnt. Takikardia, klien tampak
menggigil. -Tonsil meradang/ bengkak.
-Pharingitis.
-Telinga kiri terasa nyeri.
-Hidung tersumbat.
|
Infeksi sekun-der, peningka-tan
metabolis-me.
|
Hipertermia
|
Hipertermia berhubungan dengan infeksi
sekunder pe-ningkatan me-tabolisme.
|
2.
6/6/
2001
|
DS:
Klien mengeluh le-mah & nafas terasa pendek serta sesak
DO:-Hb: 5,1 gr/dl.
-Thrombosit (PLT): 19x1000/UL.
-
LED: 70 mm/jam.
-
Pucat.
-
Nadi: 128x/mnt.
-
Ekstremitas dingin.
-
Transfusi PRC 2 kolf/hr.
-
Trombo concen-trate 10 unit.
|
Anemia & trom-bositopenia yang
disebab-kan oleh limfo-ma.
|
Perubahan per-fusi jaringan.
|
Perubahan per-fusi jaringan berhubungan
dengan anemia & trombositope-nia yang dise-abkan oleh lim-foma.
|
3.
6/6/
2001
|
DS:
Klien mengatakan nafsu makannya ti-dak ada serta tera-sa mual dan ada muntah
DO: - BB: 42 kg.
-
TD: 160 cm.
-
Triceps: mengecil
-
Pada leher terda-pat benjolan :
ka-nan f
4 cm; kiri f
3 cm. Bawah da-gu q
6 cm.
-
Albumin: 2,8 g/ dl.
-
Produk saliva ba-nyak.
|
Anoreksia, mu-al-muntah & di-are
karena lim-foma gastroin-testinal.
|
Perubahan nut-risi kurang dari kebutuhan.
|
Perubahan nut-risi: kurang dari kebutuhan
ber-hubungan de-ngan anoreksia, mual-muntah & diare karena limfoma
gastro-intestinal.
|
4.
6/6/
2001
|
DS:
Klien mengeluh tenggorokkannya panas serta sakit waktu menelan.
DO:- Tonsil
meradang.
-
Pharingitis.
-
Suhu: 39oC.
-
Leuko: 0,9x1000/ UL.
-
Eri: 2,85x1juta/ UL.
-
LED: 70 mm/jam.
-
Hidung tersumbat.
-
Diare 2-3x/hari.
|
Ketidakadekuat-an pertahanan sekunder
& im-munosupresi.
|
Infeksi
|
Infeksi berhu-bungan dengan
ketidakadekuat-an pertahanan sekunder & im-munosupresi.
|
RENCANA TINDAKAN PERAWATAN
No/
Tgl
|
Diagnosa
Keperawatan dan Hasil Yang Diharapkan
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1.
6/6/
2001
|
Hipertermia berhubungan dengan in-feksi
sekunder, peningkatan meta-bolisme.
|
1.
Berikankompres mandi hangat.
2.
Berikan obat anti piretik seperti
paracetamol 500 mg. Xyllo:Della k/p.
3.
Pantau suhu tiap 4 jam.
4.
Pantau TTV tiap 4 jam.
5.
Pantau intake & output cairan.
6.
Anjurkan klien untuk minum pa-ling
sedikit 2-3 ltr.
7.
Berikan cairan IV sesuai pesanan.
|
1.
Dapat memban-tu mengurangi demam.
2.
Untuk menurun-kan demam.
3.
Peningkatan su-hu tubuh mung-kin
merupakan tanda infeksi pa-da klien karena jumlah SDP me-nurun.
4.
Demam dapat menyebabkan takikardia,
hipo-tensi atau takip-nea.
5.
Demam menye-babkan pening-katan
keluaran melalui IWL yang mengarah pada dehidrasi.
6.
Cairan ekstra di perlukan selama
demam tinggi untuk mengganti cairan yang hi-lang.
7.
Untuk pengganti cairan yang
hi-lang.
|
2.
6/6/
2001
|
Perubahan perfusi jaringan berhubu-ngan
dengan anemia & trombosito-penia yang disebabkan oleh limfoma
|
1.
Berikan transfusi PRC & TC
sesuai indikasi.
2.
Hindari pemberi-an transfusi yang
terlalu cepat.
3.
Pantau TTV se-belum, sesudah &
selama trans-fusi.
4.
Observasi tanda-tanda penolakan
/reaksi alergi.
5.
Beritahu klien & keluarga
terha-dap kebutuhan akan transfusi berulang.
6.
Cek Hb, hemato-krit & jumlah trombosit.
|
1.
Untuk memenuhi kekurangan de-ngan
pemberian darah/produk darah.
2.
Mencegah kele-bihan cairan &
reaksi transfusi.
3.
Membantu mengidentifikasi reaksi
transfusi.
4.
Gejala tersebut mungkin meru-pakan
indikasi dari reaksi transfusi atau cairan berlebihan
5.
Meningkatkan pemahaman.
6.
Memberikan informasi untuk
mengevaluasi respon pada transfusi.
|
3.
6/6/
2001
|
Perubahan nutrisi: kurang dari kebu-tuhan
berhubungan dengan anorek-sia, mual-muntah & diare karena limfoma
gastrointestinal.
Tujuan:
Asupan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil:
-
BB tetap dalam tingkat 5% diatas BB
awal.
-
Masukan kalori & protein harian
ade-kuat.
-
Mual-muntah tidak ada atau
berku-rang.
|
1.
Dorong klien un-tuk makan diet TKTP
dengan masukan adeku-at.
2.
Ukur TB, BB & ketebalan lipatan
kulit tricep, pas-tikan jumlah pe-nurunan BB saat ini.
3.
Anjurkan makan dalam porsi kecil
namun sering ji-ka klien menga-lami penurunan nafsu makan & cepat merasa
kenyang.
4.
Hindari makan makanan yang pedas,
berlemak & manis-manis selama pengoba-tan.
5.
Berikan antieme-tik sebelum ma-kan
jika ada mu-al-muntah.
|
1.
Kebutuhan jari-ngan metabolik
ditingkatkan, be-gitu juga cairan.
2.
membantu dlam indentifikasi mal
nutrisi protein-kalori khususnya bila BB & pengu-kuran antropo-metrik
kurang dari normal.
3.
Mencegah mual & distensi berle-bihan.
4.
Perubahan pe-ngecapan selama
pengoba-tan dapat me-nimbulkan ketidaktoleransi-an terhadap ma-kanan jenis
ini.
5.
mencegah mual-muntah.
|
4.
6/6/
2001
|
Infeksi berhubungan dengan ketidak
adekuatan pertahanan sekunder & immunosupresi.
Tujuan:
Infeksi teratasi.
Kriteria Hasil:
-
Penurunan tanda-tanda infeksi
seperti:
·
Panas, demam menurun.
·
Bengkak/peradangan berhenti
·
Diare berhenti.
|
1.
Berikan terapi antibiotik, anti
jamur & anti mikrobial sesuai indikasi.
2.
Pantau lab. SDP, diferensiasi.
3.
Pantau TTV seti-ap 4 jam.
4.
Bantu klien me-ngenai kebersih-an
diri meliputi mandi, kebersih-an mulut & pera-watan perineal.
5.
Observasi terus tanda-tanda
in-feksi.
6.
Batasi jumlah pengunjung ser-ta
cuci tangan sebelum melaku-kan tindakan.
|
1.
Mencegah/mena-ngani sumber infeksi
pada klien dengan penurunan fungsi imun.
2.
SDP dibawah normal menem-patkan
klien ter-hadap resiko in-feksi berat.
3.
Demam atau hi-pertermia
meng-indikasikan infek-si.
4.
Menurunkan ke-hadiran organis-me
endogen.
5.
Untuk mengeta-hui sejauhmana
perkembangan perubahan infek-si sehingga da-pat segera diata-si dengan
pengo-batan & perawa-tan yang tepat.
6.
Untuk menghin-dari resiko terpa-jan
pada orga-nisme endogen atau eksogen.
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl.
|
Jam
|
Tindakan
Keperawatan
|
6/6/
2001
7/6/
2001
8/6/
2001
|
0800
s/d
1035
1110
s/d
1200
1430
1500
1810
1945
2000
0815
s/d
0900
s/d
1020
s/d
1125
1155
1200
s/d
1255
s/d
1315
0745
0910
1120
1130
1200
s/d
1320
|
-
Memberikan kompres hangat.
-
Memberikan ekstra PCT 500 mg.
-
Menganjurkan untuk banyak minum.
-
Cek Hb: 7 gr% (cara sahli).
-
Memasang transfusi PRC kolf pertama.
-
Mengukur TTV: Tensi= 100/60 mmHg, nadi=
102x/mnt, RR= 20x/mnt, suhu= 37,7oC.
-
Observasi pemberian transfusi, tanda
penolakan/alergi tidak ada.
-
Membantu klien makan/minum.
-
Memberikan obat antiemetik Raclonid injeksi
1 amp.
-
Menganjurkan klien untuk sering berkumur
dengan Bethadine kumur.
-
Memasang transfusi PRC kolf ke-2.
-
Memberikan obat tetes hidung.
-
Menimbang BB= 42 kg; TB= 160 cm.
-
Observasi TTV: Tensi= 100/60 mmHg, , nadi=
102x/mnt, RR= 24x/mnt, suhu= 38,9oC.
-
Membantu klien makan/minum.
-
Menjelaskan pada klien & keluarganya
tentang pemberian transfusi beru-lang karena Hb klien masih belum norma.
-
Mengukur TTV: Tensi= 110/70 mmHg, , nadi=
124x/mnt, RR= 20x/mnt, suhu= 38,7oC.
-
Memberikan kompres hangat.
-
Cek Hb= 11 gr% (cara sahli).
-
Menganjurkan klien untuk minum banyak.
-
Memasang transfusi PRC kolf pertama.
-
Memberikan injeksi Cefatoxim 1 gram/IV.
-
Memberikan obat tetes hidung.
-
Menganjurkan klien untuk menghindari makanan
yang pedas, berlemak & manis-manis.
-
Memberikan injeksi Xyllo:Della= 2:1 IM.
-
Menganjurkan klien untuk berkumur dengan
Betadine kumur sesering mungkin.
-
Memberikan kompres hangat.
-
Membantu klien makan/minum.
-
Menyarankan klien makan dalam porsi kecil
tapi sering.
-
Mendorong klien untuk banyak minum.
-
Memberikan injeksi Cefotaxim 1 gr IV.
-
Memberikan injeksi Raclonid 1 amp IV.
-
Memberikan obat tetes hidung.
-
Menganjurkan klien untuk berkumur dengan
Betadine kumur.
-
Menyarankan ibu klien untuk membatasi
pengunjung serta mencuci tangan lebih dulu bila mau memberikan/melakukan
tindakan terhadap klien.
-
Membantu klien menyeka badan serta menyikat
gigi.
- Mengukur TTV: Tensi= 110/70 mmHg, , nadi=
112/mnt, RR= 20x/mnt, suhu= 37,2oC.
|
EVALUASI
No/Tgl
|
Diagnosa
|
Evaluasi
|
1.
7/6/
2001
2.
7/6/
2001
3.
8/6/
2001
|
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
|
-
Demam turun menjadi 37,7oC.
-
Klien masih menggigil.
-
Intake 1500 ml, output ±
800 ml, BAK 3-4x.
-
Nadi= 102x/mnt.
-
Transfusi PRC terpasang,
tanda-tanda penolakan/reaksi alergi tidak ada.
-
Hb= 7 gr%.
-
Tensi= 100/60 mmHg, nadi= 102x/mnt,
RR= 20x/mnt.
-
Ada mual muntah.
-
Produksi saliva banyak.
-
Makan/minum sedikit, diet tidak
dihabiskan.
-
BB= 42 kg, TB= 160 cm.
-
Tonsil masih meradang.
-
Demam naik turun.
-
Sinusitis.
-
Telinga kanan masih nyeri.
-
Demam masih tinggi, 38,7oC.
-
Kadang menggigil.
-
Intake 2000 ml, air putih.
-
Output 1500 ml, kencing 3-4x.
-
Transfusi PRC diberikan kolf ke-4.
-
Hb= 11 gr%.
-
Tensi= 110/70 mmHg, nadi= 124x/mnt,
RR= 24x/mnt.
-
Mual-muntah masih.
-
Produksi saliva banyak.
-
Diet dihabiskan.
-
BB= 42 kg, TB= 160 cm.
-
Tonsil masih meradang.
-
Diare 2x.
-
Telinga kanan nyeri.
-
Demam naik-turun.
-
Hidung: tersumbat berkurang.
-
Demam turun menjadi 37,2oC.
-
Intake 1500 ml, output 800 ml.
-
Hb 11 gr%.
-
Konsul pada ahli onkologi.
-
Tensi= 110/70 mmHg, nadi= 112x/mnt,
RR= 20x/mnt.
-
Mual-muntah masih.
-
Produksi saliva masih banyak.
-
Diet dihabiskan.
-
Tonsil masih meradang.
-
Diare tidak ada lagi.
-
Telinga: nyeri berkurang.
-
Demam turun.
-
Hidung: tersumbat berkurang.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
No/
Tg.
|
Diagnosa
|
Catatan
Perkembangan
|
1.
7/6/
2001
8/6/
2001
|
1
2
3
4
1
2
3
|
S: Klien mengatakan kedingingan, kadang
kepanasan.
O: Suhu= 38,7oC, naik menjadi
39,8oC. Klien menggigil.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi.
S: Klien mengatakan kepalanya pusing.
O: Hb 7 Gr% (cara sahli).
Tensi= 100/60 mmHg, nadi= 102x/mnt, RR= 20x/mnt.
Keadaan umum lemah, tampak pucat. Transfusi PRC kolf ke-4 terpasang.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi.
S:
Klien mengatakan terasa sakit sewaktu menelan & air ludahnya banyak.
O: Muntah 1x, diet dihabiskan.
BB= 42 kg, TB= 160 cm.
A: Masalah belum teratasi.
P:
Teruskan rencana intervensi, pertahankan/tingkatkan kondisi/ keadaan umum
klien.
S: -
O: * Tonsil
masih membesar/meradang.
A: Masalah belum
teratasi.
P: :Teruskan
rencana intervensi dan perbaiki keadaan umum klien.
S: -
O: Suhu= 37,2oC, nadi= 112x/mnt.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Teruskan rencana intervensi, terus
pantau suhu tubuh klien.
S: Klien merasa tubuhnya masih lemah.
O: Hb 11 Gr% (cara sahli).
Tensi= 110/70 mmHg, nadi= 112x/mnt, RR= 20x/mnt.
Keadaan umum lemah dan pucat.
Diet dihabiskan.
A: Masalah belum teratasi.
P: Teruskan rencana intervensi.
S:
Klien mengatakan sudah tidak diare lagi dan menelan sudah ti-dak sakit lagi.
O: *
Tonsil masih meradang.
A: Masalah teratasi sebagian.
P:
Tetap teruskan rencana intervensi, pantau TTV dan perbaiki kea-daan umum
klien.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi
8. EGC.
Jakarta.
Doengoes,
Marilyn, E. et all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.
Jakarta.
Galle,
Danielle and Charatte, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkolo-gi. EGC.
Jakarta.
Soeparman. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.
Jakarta.
No comments:
Post a Comment