KONSEP DASAR PNEUMOTORAKS
A. Anatomi
Rongga Pleura
- Terletak diantara paru dan dinding thoraks
- Lapisan yang menyelimuti paru, terdiri atas 2 lapisan :
a. Lapisan Parietalis :
- Menempel kuat pada dinding dada
- Fungsi : memproduksi cairan pleura
b. Lapisan
Viseralis :
·
Menempel kuat
pada jaringan paru
·
Fungsi :
mengabsorbsi cairan pleura
B.
Pengertian
Pneumotoraks
merupakan suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura. Pneumotoraks
terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pneumotoraks terbuka, pneumotoraks
tertutup dan pneumotoraks ventil.
1.
Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks yang terjadi akibat
adanya hubungan terbuka antara rongga pleura dan bronchus dengan lingkungan
luar. Dalam keadaan
ini, tekanan intra pleura sana dengan tekanan barometer (luar). Tekanan
intrapleura disekitar nao (0) sesuai dengan gerakan pernapasan. Pada waktu
inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu ekspirasi tekanannya positif.
2.
Pneumotoraks tertutup
Rongga pleura tertutup dan tidak
berhubungan dengan lingkungan luar. Udara yg dulunya ada di rongga pleura
(tekanan positif) karena direasorpsi dan tidak ada hubungannya lagi dengan
dunia luar maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negative. Tetapi paru
belum bias berkembang penuh, sehingga masih ada rongga pleura yang tampak
meskipun tekanannya sudah normal.
3.
Pneumotoraks ventil
Ini merupakan pneumotoraks yang
mempunyai tekanan positif berhubung adanya fistel di pleura viseralis yang
bersifat ventil. Udara melalui bronchus terus kepercabangannya dan menuju kea
rah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi, udara masuk ke rongga pleura
yang pada permulaannya masih negatif.
C. Penyebab
Pneumotorak terjadi karena adanya
kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura.
Robekan ini berhubungan dengan bronchus. Pelebaran alveoli dan pecahnya
septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatous
fibrosisi. Granulomatous fibrosisi adalah salah satu penyebab tersering
terjadinya pneumotoraks., karena bula tersebut berhubungan dengan adanya
obstruksi empiema.
D.
Patofisiologis
Saat inspirasi,
tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrabronkhial, sehingga
paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luar yang
tekanannya nol (0) akan masuk ke bronchus hingga sampai ke alveoli. Saat
ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan
lebih tinggi dari tekanan di alveolus maupun di bronchus, sehingga udara
ditekan keluar malalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada
tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada
waktu batuk, bersin dan mengejan, karena pada keadaan ini epiglitis tertutup.
Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah,
bronchus atau alveolus itu akan pecah dan robek.
Pada waktu
ekspirasi, udara yang masuk ke dalam rongga pleura tidak mau keluar melalui
lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara ekspirasi yang mestinya
dihembuskan keluar dapat masuk ke dalam rongga pleura. Apabila ada obstruksi di
bronchus bagian proximal dari fistel tersebut akan membuat tekanan pleura
semakin lama semakin meningkat sehubungan dengan berulangnya pernapasan. Udara
masuk ke rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena udara ekspirasi mempunyai
tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk, tekanan
udara di bronchus akan lebih kuat dari ekspirasi biasa.
Secara singkat
proses terjadinya pneumotoraks adalah sebagai berikut:
1.
Alveoli
disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kearah
jaringan peribronkhovaskular. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam
alveoli akan meningkat.
2.
Apabila gerakan
napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang
memudahkan terjadinya robekan
3.
Selanjutnya
udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di
peribronkhovaskular ke arah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan
pneumotoraks.
E.
Tanda dan gejala
Pneumo
toraks
|
Tanda dan gejala
|
Intervensi
|
Tertutup
|
Pneumotoraks
yang kecil atau terjadi lambat, tidak menimbulkan gejala
|
Observasi,
rawat jalan
|
Pneumotoraks
yang luas dan cepat menimbulkan:
Nyeri tajam
saat ekspirasi
Peningkatan
frekuensi napas
Produksi
keringat berlebihan
Penurunan
tekanan darah
Takikardi
Inspeksi dan
palpasi: penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi yang sakit
Perkusi:
hiperresonan pada sisi yang sakit
Auskultasi:
penurunan sampai hilangnya suara napas pada sisi yang sakit
|
Kolaborasi
dengan tim medis:
Pemberian
oksigen
Tindakan
kontraventil dengan aspirasi udara dari rongga pleura
Pemasangan
WSD
|
|
Spontan
|
Napas pendek
dan timbul secara tiba-tiba tanpa ada trauma dari luar paru
|
Apabila
penatalaksanaan dengan WSD gagal, dipertimbangkan untuk dilakukan reseksi
paru
|
Tension
|
Inspeksi:
sesak napas berat, penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi yang
sakit
Palpasi:
pendorongan trakea dari garis tengah menjauhi sisi yang sakit dan distensi
vena jugularis
Auskultasi:
penurunan sampai hilangnya suara napas pada sisi yang sakit
|
Tindakan
kontraventil
Penutupan
luka yang terbuka
Pemasangan
WSD
|
Terbuka
|
Inspeksi:
sesak napas berat, terlihat adanya luka terbuka dan suara mengisap ditempat
luka saat ekspirasi
Palpasi:
pendorongan trakea dari garis tengah menjauhi sisi yang sakit
Perkusi:
hiperresonan pada sisi yang sakit
Auskultasi:
penurunan sampai hilangnya suara napas pada sisi yang sakit
|
Tindakan
kontraventil
Penutupan luka
yang terbuka
Pemasangan
WSD
|
F.
Pemerikasaan Diagnostik
Pemeriksaan
Radiologi
Gambaran
radiologis pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis,
tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru. Adakalanya paru yang
mengalami kolaps tersebut hanya tampak seperti massa yang berada di daerah
hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besarnya kolaps
paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
Perlu diamati
ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung atau trakhea ke arah
paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan
tekanan intrapleura yang tinggi.
G.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
pneumotoraks tergantung pada jenis pneumotoraks yang dialami, derajat kolaps,
berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi saat
pelaksanaan pengobatan yang meliputi :
1.
Tindakan dekompresi
Membuat
hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:
a .
Menusukkan
jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan demikian
tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif. Hal
ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah
melakukan penusukkan jarum ke rongga pleura melalui tranfusion set.
b .
Membuat
hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
·
Menggunakan pipa Water Sealed
Drainage (WSD).
Pipa khusus (kateter thoraks)
steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara trokar atau dengan bantuan
klem penjepit (pen) pemasukan pipa plastic (kateter thoraks) dapat juga
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela
iga ke-4 pada garis axial tengah atau garis axial belakang. Selain itu, dapat
pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya, ujung
selang plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melelui pipa plastik lainnya.
Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
· Pengisapan
kontinu (continous suction).
Pengisapan
dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetap positif. Pengisapan
ini dilakukan dengan cara memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O.
Tujuannya adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan
antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
· Pencabutan
drain
Apabila paru
telah mengembang maksimal dan tekana intrapleura sudah negatif kembali, drain
dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk
selama 24 jam. Apabila paru
tetap mengembang penuh, drain dapat dicabut.
c .
Tindakan bedah
Pembukaan
dinding thoraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang menyebabkan
terjadinya pneumothoraks, lalu lubang tersebut dijahit,
d.
Pada
pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak
dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortikasi.
Pembedahan paru
kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fistel dari
paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
2.
Penatalaksanaan Tambahan
a.
Apabila
terdapat proses lain di paru, pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya, yaitu:
· Terhadap proses
TB paru, diberi OAT
·
Untuk mencegah
obstipasi dan memperlancar dekekasi, penderita dibei obat laksatif ringan,
dengan tujuan agar saat defekasi, penderita tidak perlu mengejan terlalu keras.
b.
Istirahat total
·
Klien dilarang
melakukan kerja keras (mengangkat barang), batuk, bersin terlalu keras dan
mengejan.