BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu masalah
utama dalam bidang kesehatan
kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan
segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja atau yang berhubungan dengan
tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan padanya.
Kesehatan
lingkungan kerja membahas tentang kegiatan pemecahan masalah
kesehatan di lingkungan kerja. Pemecahan masalah lingkungan kerja
pada hakekatnya merupakan upaya pengurangan terhadap beban tambahan bagi
pekerja dan upaya penyerasian antara kapasitas kerja dengan lingkungan
kerja.
Apabila tidak
memenuhi persyaratan maka lingkungan kerja dapat mempengaruhi kesehatan
kerja dalam dua bentuk yaitu kecelakaan kerja
(Occupational accident) dan penyakit akibat kerja
(Occupational diseaces).
Kesehatan lingkungan
kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene
Perusahaan. Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai
macam resiko akibat lingkungan kerja. Menurut Suma’mur (1976) Higiene
Perusahaan adalah spesialisasi dalam
ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab
penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang
hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta
pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan yang
setinggi- tingginya.
Di Indonesia, upaya Kesehatan lingkungan kerja dikembangkan selaras dengan
aspek ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja, baik dari segi keilmuan maupun
penerapannya. Sedang pada perusahaan besar diberbagai Negara, pelaksananya
adalah Industrial Hygienist yang mempunyai latar belakang pendidikan teknis
yang memperoleh tambahan pengetahuan dibidang lain yang terkait seperti fisika,
kimia, kesehatan, kedokteran dan sebagainya.
B.
Tujuan
a.
Agar mahasiswa
memahami pengertian bahaya lingkungan kerja, dan evaluasinya serta bahaya kimia
lingkungan kerja dan dampak terhadap kesehatan
b.
Agar mahsiswa memahami
Bahaya bahan kimia di lingkungan kerja dan evaluasinya serta bahaya kimia
lingkungan kerja dan dampak terhadap kesehatan
c.
Agar mahasiswa
memahami cara mencegah bahaya lingkungan kerja serta bahaya kimia lingkungan
kerja dan dampak terhadap kesehatan
d.
Agar mahasiswa mampu
memahami tugas perawat dalam lingkungan kerja serta bahaya kimia lingkungan
kerja dan dampak terhadap kesehatan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Bahaya
lingkungan kerja dan evaluasinya
1.
Pengertian
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Penyakit akibat kerja dapat dicegah,dan berat ringannya
penyakit yang disebabkan pekerjaan tergantung dari jenis dan tingkat
penyakitnya.
2.
Factor-faktor
bahaya lingkungan kerja
a.
Faktor Fisik :
Yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
-
Suara tinggi/bising : Ketulian
-
Temperatur/suhu tinggi
: Heat Cramp, Heat Exhaustion,
Heat
Stroke.
-
Temperatur rendah
: Frosbite
-
Radiasi Non Mengion :
Infra merah (katarak), ultraviolet (konjungtivitis).
-
Radiasi Mengion :
radioaktrif/alfa/beta/gama/X (kerusakan
sel tubuh manusia)
-
Tekanan udara tinggi :
Coison Disease
-
Getaran lokal : Reynaud’s Disease, Polineuritis
-
Getaran umum : Gangguan proses metabolisme.
b.
Faktor Kimia
Yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk
ke dalam tubuh.
-
Asal : bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil
samping, hasil (produk), sisa produksi atau
bahan buangan.
-
Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun
partikel.
-
Masuk tubuh : melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan,
kulit dan mukosa
-
Waktu Masuk : secara akut dan secara kronis
-
Efek thd tubuh : iritasi, alergi, korosif,
asphyxia, keracunan sistemik, kanker, kerusakan / kelainan janin,
pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetic.
c.
Faktor Biologi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber
pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC,
Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan
dalam proses produksi.
-
Viral : Rabies, Hepatitis
-
Bakterial : Anthrax, Leptospirosis,
Brucellosis, TBC, Tetanus
-
Fungal : Dermatophytoses,
Histoplasmosis
-
Parasitic : Ancylostomiasis,
Schistosomiasis.
d.
Faktor Ergonomi/fisiologi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh
penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma
ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja,
termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak
tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
-
Penyebab : cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja , kontruksi tidak
ergonomis.
-
Efek thd tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot,
deformitas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi.
e.
Faktor Psikososial
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai
dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya,
sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya
latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni
dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan
terjadinya stress akibat kerja.
-
Penyebab : Organisasi kerja (type
kepemimpinan, Hubungan kerja,
Komunikasi, keamanan, Type kerja
(monoton, berulang-ulang, kerja
berlebihan, kerja kurang, kerja shif,
terpencil)
-
Akibat : stress, psikosomatis, somatis.
3.
Penyakit
akibat lingkungan kerja
a.
Penyakit allergi/hipersensitif
-
Dapat berupa; Rinitis,
Rinosinusitis, Asma, Pneumonitis, aspergilosis akut bronchopulmoner,
Hipersensitivitas lateks, penyakit jamur, dermatitis kontak, anafilaksis.
-
Lokasi biasanya di
saluran pernafsan dan kulit
-
Penyebab; bahan kimia,
microbiologi, fisis dapat merangsang interaksi non spesifik atau spesifik.
b.
Dermatitis Kontak
Ada 2 jenis yaitu iritan dan allergi
Lokasi di kulit
c.
Penyakit Paru
-
Dapat berupa :
Bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus, fibrosis, TBC, mesetelioma,
pneumonia, Sarkoidosis.
-
Disebabkan oleh bahan
kimia, fisis, microbiologi.
d.
Penyakit Hati dan Gastro-intestinal
-
Dapat berupa : kanker
lambung dan kanker oesofagus (tambang batubara dan vulkanisir karet), Cirhosis
hati(alkohol, karbon tetraklorida, trichloroethylene, kloroform)
-
Disebabkan oleh bahan
kimia
e.
Penyakit Saluran Urogenital
-
Dapat berupa : gagal
ginjal(upa logam cadmium & merkuri ,pelarut organik, pestisida, carbon
tetrachlorid), kanker vesica urinaria (karet, manufaktur/bahan pewarna organik,
benzidin, 2-naphthylamin).
-
Disebabkan bahan
kimia.
f.
Penyakit Hematologi
-
Dapat berupa : anemia
(Pb), lekemia (benzena)
-
disebabkan bahan kimia
g.
Penyakit Kardiovaskuler
-
Disebabkan bahan kimia
-
Dapat berupa : jantung
coroner (karbon disulfida, viscon rayon, gliceril trinitrat, ethylene glicol
dinitrat), febrilasi ventricel (trichlorethylene).
h.
Gangguan alat reproduksi
-
Dapat berupa : infertilitas
(ethylene bromida, benzena, anasthetic gas, timbal, pelarut organic, karbon
disulfida, vinyl klorida, chlorophene), kerusakan janin (aneteses gas, mercuri,
pelarut organik) keguguran (kerja fisik)
-
Disebabkan bahan kimia
dan kerja fisik
i.
Penyakit muskuloskeletal
-
Dapat berupa :
sindroma Raynaud (getaran 20 – 400 Hz), Carpal turnel syndroma (tekanan yang
berulang pada lengan), HNP/sakit punggung (pekerjaan fisik berat, tidak
ergonomis).
-
Disebabkan : kerja
fisik dan tidak ergonomis.
j.
Gangguan
telinga
-
Dapat berupa :
Penurunan pendengaran (bising diatas NAB)
-
Disebabkan faktor
fisik
k.
Gangguan mata
-
Dapat berupa : rasa
sakit (penataan pencahayaan), conjungtivitis (sinar UV), katarak (infra merah),
gatal (bahan organik hewan, debu padi), iritasi non alergi (chlor,
formaldehid).
-
Disebabkan faktor
fisik, biologi.
l.
Gangguan susunan saraf
-
Dapat berupa : pusing,
tidak konsentrasi, sering lupa, depresi, neuropati perifer, ataksia serebeler
dan penyakit motor neuron (cat, carpet-tile lining, lab. Kimia, petrolium,
oli).
-
Disebabkan bahan kimia
m. Stress
-
Dapat berupa :
neuropsikiatrik; ansietas, depresi (hubungan kerja kurang baik, monoton, upah
kurang, suasana kerja tidak nyaman)
-
Disebabkan faktor
mental psikologi
n.
Infeksi
-
Dapat berupa :
pneumonia (legionella pada AC), leptospirosis (leptospira pada petani),
brucellosis, antrakosis (brucella, antrak pada peternak hewan).
-
Disebabkan oleh faktor
biologi
o.
Keracunan
-
Dapat berupa keracunan
akut (CO, Hidrogen sulfida, hidrogen sianida), kronis (timah hitam, merkuri,
pestisida).
-
Disebabkan oleh bahan
kimia.
4.
Masalah-masalah
kesehatan kerja yang menurunkan produktivitas kerja
a.
Penyakit-penyakit umum
yang di derita pekerja seperti TBC, jantung dan sebagainya
b.
Penyakit-penyakit yang
timbul akibat kerja seperti pneumoconiosis, dermatosis dan sebagainya
c.
Keadaan gizi pekerja
yang kurang baik
d.
Lingkungan kerja yang
kurang menunjang peningkatan produktivitas, misalnya suhu, kelembaban,
ventilasi penerangan dan sebagainya.
e.
Kesejahteraan tenaga
kerja yang kurang memadai
f.
Fasilitas kesehatan
perusahaaan masih kurang
g.
Penerapan
perundang-undangan yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya.
5.
Upaya-Upaya
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
a.
Substitus
Yaitu mengganti
bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida diganti dengan
triklor-etilen.
b.
Ventilasi
Umum
Yaitu mengalirkan
udara sebanyak-banyaknya menurut perhittungan kedalam ruangan kerja, agar
bahan-bahan yang berbahaya ini lebih rendah dari kadar yang membahayakan, yaitu
kadar pada nilai ambang batas.
c.
Ventilasi
Keluar Setempat (Local exhauster)
Adalah alat yang dapat
mengisap udara dari suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan yang
berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirka keluar.
d.
Isolasi
Pakaian dengan cara
mengisolasi proses perusahaan yang membahayakan, misalnya isolasi mesin yang
hiruk pikuk, sehingga kegaduhan yang disebabkannya menurun dan tidak menjadi
gangguan pada pekerjaan.
e.
Pakaian/
Alat Pelindung
Alat pelindug dalam
pekerjaan berupa: kacamata, masker, helm, sarung tangan, sepatu atau pakaian
khusus yang didisain untuk pekerjaan tertentu.
f.
Pemeriksaan
Sebelum Bekerja
Yaitu pemeriksaan
kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut
sesuai dengan pekerjaan yang diberikan baik fisik maupun mentalnya.
g.
Pemeriksaan
Kesehatan Secara Berkala
Adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja untuk mengetahui
apakah calon pekerja tersebut sesui dengan pekerjaan yang akan
h.
Pemeriksaan
kesehatan secara berkala
Adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap ng pekerja,apakah ada gangguan
kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan .dapat dilakukan setiap 6
bulan sekali atau 1 thn sekali,atau disesuaikan dengan kebutuhan.
i.
Penerangan
sebelum bekerja
penerangan sebelum
bekerja bertujuan agar pekerja mengetahui dan mematuhi
peraturan-peraturan,sehingga dalam bekerja lebih hati-hati dan tidak terkena
penyakit-penyakit akibat pekerjaan.
j.
Pendidikan
kesehatan
Pendidikan kesehatan
kepada pekerja sangat penting untuk keselamatan dalam bekerja ,sehingga pekerja
tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya.
6.
Lingkungan
kerja yang sehat
Lingkungan pekerjaan yang memenuhi syarat kesehatan sangat
didambakan oleh setiap pekerja,sehingga dapat merasakan kenyaman dalam
melakukan aktifitas kerja,hal ini penting untuk meningkatkan gairah dan
semangat kerja,sehingga akhirnya dapat meningkatkan produktifitas
kerja,lingkungan kerja yang sehat meliputi;
a.
Penerangan tempat
bekerja.
b.
Ventilasi udara yang
cukup
c.
Penataan dan disain
tempat kerja yang baik
d.
Pengaturan suhu udara
ruangan memenuhi standar
e.
Kamar mandi dan tempat
pembuangan tisnja yang memenushi syarat
f.
Sumber air bersih yang
memenuhi syarat
g.
Pembuangan air limbah
atau mempunyai alat untuk memperoses limbah yang dibuang
h.
Tempat pembuangan
sampah khusus untuk bahan2 yang berbahaya
i.
Kantin pekerja yang
memenuhi syarat
j.
Menyediakan ruang
istirahat khusus dan tempat ibadah
k.
Menyediakan ruang
ganti pakaian
l.
Memiliki ruang isolasi
untuk bahan-bahan yang berbahaya atau mesin-mesin yang hiruk pikuk
7.
Fungsi dan tugas perawat dalam higine
perusahaan dan kesehatan kerja
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya perawat yang bekerja
diperusahaan tetap menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagau suatu
pendekatan ilmiah,disamping melaksanakan
tugas-tugas lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan kerja
a.
Mengkaji
masalah kesehatan pekerja
1)
Mengumpulkan data para
kerja yang mencakup biodata ,riwayat penyakit yang lalu,masalah-masalah
kesehatan dan perawatan pekerja saat ini.
2)
Menganalisa masalah
kesehatan dan keperawatan pekerja
3)
Menentukan masalah
kesehatan pekerja
4)
Menyususn prioritas
masalah
b.
Menyusun
rencana asuhan keperawatan pekerja .
1)
Merumuskan tujuan
2)
Menyususn rencana
tindakan
3)
Menyusun kriteria
keberhasilan
c.
Melaksanakan
pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
1)
Penyuluhan kesehatan
pada pekerja
2)
Memberikan asuhan
perawatan di klinik sesuai dengan perencanaan dan masalah yang di hadapi
pekerja
3)
Kolaborasi dengan
dokter dalam melakukan tindakan medik dan pengobatan
4)
Melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan
5)
Melakukan rujukan
medik kerumah sakit bila terjadi keadaan gawat darurat.
d.
Penilain
1)
Menilai asuhan
keperawatan yang berpedoman kepada tujuan
2)
Membandingkan hasil
dengan tujuan yang dirumuskan.
e.
Tugas-tugas
perawat kesehatan di perusahaan
1)
Pengawasan terhadap
lingkungan kerja
2)
Memelihara fasilitas
kesehatan perusahaan
3)
Membantu dokter dalam
memeriksa kesehatan pekerja
4)
Membantu dalam
penilaiankleadaan kesehatan kerja
5)
Merencanakan dan
melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan dirumah kepada pekerja dan keluarga
pekerja yang mempunyai masalah
6)
Ikut menyelenggarkan
pendidikan higine perusahaan dan kesehatan kerja terhadap pekerja
7)
Turut ambil bagian
dalam usaha keselamatan kerja
8)
Pendidikan kesehatan
mengenai keluarga berencana terhadap pekerja
9)
Membatu usaha penyelidikan
kesehatan kerja hiperkes.
10) Mengkoordinasi
dan mengawasi pelaksanaan hiperkes
8.
Evaluasi
bahaya lingkungan kerja
Evaluasi
bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat
menempakanseberapa besar risiko bahaya kerja yang ditemukan ditempat kerja. Berdasarkan
hasil pengukuran objektif yang telah disimpulkan,pada tahap berikutnya
dapatdiperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang ditemukan,besarnyakemungkinan
dan frekuensi terjadinya gangguan kesehatan/kecelakana kerja,serta derajat
pajanan bahaya kerja yang terjadi.
1)
Pengukuran
potensi pajanan bahaya kerja
Tidak semua potensi pajanan bisa diukur. Pengukuran potensi
pajanan bahaya kerja biasadilaksanakan untuk menentukan potensi pajanan bahaya
kerja kimiawi dalam bentuk debu/uap di lingkungan tempat kerja dan bahaya
kerja fisik akibat kebisingan dan sinarradioaktif.
Pada pajanan debu/uap dilingkungan kerja,dosis pajanan
bahaya kerja yang diterima individu tergantung dari faktor-faktor,yaitu:
a. Jenis
bahaya kerja (toksisitas,ukuran partikel diudara,terdapatnya kontaminasi lain
ditempatkerja)
b. Derajat
pajanan bahaya kerja
c. Lama
terjadinya pajanan bahaya kerja
d. Kerentanan
individu
e. Penggunaan
alat pelindung diri (respirator,baju kerja,dan lain lain) Pengukuran dosis
pajanan bahaya kerja dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a)
Pemantauan
lingkungan kerja
Pemantauan
lingkungan kerja (environmental monitoring) akan memberikan informasi
dasartentang luas dan besarnya potensi suatu pajanan bahaya kerja ditempat
kerja. Hasilpengukuran konsentrasi / derajat pajanan direkomendasikan dalam
acuan resmi.pemantauanini dapat dilaksanakan dalam bentuk :
·
Personal breathing
zone sampling
·
Positional/ fixed
monitoring
Untuk melakukan pengambilan contoh
(sampling) debu/uap kerja kita perlumempertimbangkan beberapa hal,yakni:a.
-
Lokasi alat pengumpul
debu/uap kerja harus diletakan
-
Pekerja yang harus
diukur
-
Jumlah alat pengumpul
debu/uap kerja yang diperlukan
-
Lamanya,frekuensi dan
waktu pengambilan contoh.
b) Pemantauan biologis
Pemantauan
biologis (biological monitoring) merupakan pengukuran suatu zat kimiawitertentu
/ metabolitnya pada cairan tubuh (darah /urine/hembusan udara pernafasan)
untuk menilai derajat pajanan pada suatu bahaya kerja tertentu. Pemantauan
ini berperan pentingdalam beberapa strategi evaluasi bahaya kerja, terutama
dalam menginformasikan secarakuantitatif jumlah zat kimiawi yang diabsorbsi
secara bersama-sama oleh tubuh dari beberaa jalan masuk ketubuh
(inhalasi,melalui kulit,peroral).
Analisis derajat
risiko bahaya
Analisis
derajat risiko bahaya kerja untuk menentukan beratnya resiko dan bahay kerja
untuk menentukan beratnya resiko dan besarnya kemungkinan bahaya kerja
yang akan terjadi.
Klasifikasi berat risiko
bahaya kerja yang terjadi :
a)
Sangat berat
(catasthropic)-menyebabkan kematian/kehancuran seluruh propertibeserta
fasilitas yang ada di dalamnya.
b)
Berat
(critical)-mengakibatkan gangguan kesehatan akibat kerja yang berat
ataukerusakan properti dalam skala besar.
c)
Sedang (marginal)-
mengakibatkan gangguan kesehatan akibat kerja yang ringanbiasanya, biasanya
mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja untuk beberapahari, atau kerusakan
roperti dalam skala kecil.
d) Ringan
(negligible)- kemungkinan tidak berpengaruh terhadap kesehatan dankeselamatan
pekerja,tapi jelas dalam kondisi yang menyalahi syarat syarat kesehatankerja yang baik.
Klasifikasi
kemungkinan dan frekuensi risiko terjadinya bahaya kerja.
a)
Kemungkinan terjadinya
dalam waktu yang sangat pendek setelah terpajan oleh suatubahaya kerja.
b)
Kemungkinan besar akan
terjadi pada suatu waktu.
c)
Ada kemungkinan untuk
terjadi pada suatu waktu.
d) Sangat
tidak mungkin terjadi.
Kategori pajanan
Tahap
terakhir evaluasi bahaya kerja adalah menentukan Kategori pajanan yaitu Klasifikasi jumlah
orang terpajan secara reguler terhadap suatu bahaya kerja.
a)
.> 50 orang yang terpajan secara reguler.
b)
10-49 orang yang terpajan secara reguler.
c)
5-9 orang yang terpajan secara reguler.
d) < 5
orang yang terpaan secara regular
2)
Evaluasi dari faktor-faktor bahaya potensial pada
lingkungan kerja
Sudah menjadi suatu kewajiban perusahaan
untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Salah satu hal yang
dapat dilakukan yaitu melakukan evaluasi bahan kimia di tempat kerja yang
kemudian dijadikan bahan acuan untuk membuat perencanaan.
Evaluasi Merupakan tahap penilaian karakteristik dan
besarnya potensi bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan dari lingkungan kerja.
Olehnya itu, kegiatan evaluasi ini dapat digunakan untuk menentukan prioritas dalam
mengatasi permasalahan yang dapat timbul.
Kegiatan evaluasi terhadap tingkat pemajanan dan bahaya
potensial di lingkungan kerja dilakukan melalui pengamatan langsung yang
ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui berbagai teknik pengukuran,
misalnya pengukuran tingkat kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, kuat
cahaya, analisis patikel udara di tempat kerja, dll. Hasil yg diperoleh
kemudian dibandingkan dengan aturan yang berlaku yaitu Nilai Ambang Batas
(NAB).
3)
Pengendalian Bahaya Potensial
di Lingkungan Kerja
Kegiatan
pengendalian lingkungan kerja merupakan uapaya untuk mengurangi atau
menghilangkan pajanan terhadap zat/bahaya yang berbahaya di lingkungan kerja.
Hal ini bisa dijelaskan dengan Teori Simpul Pengamatan/Pengendalian oleh
Prof.dr. Umar Fahmi Achmadi,Ph.D yaitu :
o
———– o ———— o ———— o
A
B
C
D
SIMPUL
A = Sumber potensi bahaya
SIMPUL
B = Zat berbahaya berada di lingkungan
SIMPUL
C = Zat mulai masuk tubuh
SIMPUL D = Zat mulai
mempengaruhi kesehatan manusia dengan kemungkinan :
a. Tidak
Menyebabkan gangguan kesehatan
b.Menimbulkan
gangguan Kesehatan dengan kemungkinan individu jelas sakit atau Gejalanya
Samar-samar/subklinis.
Simpul – Simpul diatas
merupakan simpul pengamatan sekaligus merupakan simpul pengendalian, misalnya :
a. Pada
Simpul A, tindakan yang perlu dilakukan, idealnya adalah menghilangkan sumber,
bila tak mungkin dengan cara substitusi bahan yang kurang berbahaya.
b.Pada Simpul B,
misalnya uap berbahaya yang berada di ruangan dihilangkan dengan jalan
menghisap keluar (exhauster ventilation) / menggunakan ventilasi yg baik.
c. Pada
Simpul C yakni pada saat akan memasuki tubuh manusia, misalnya dapat dicegah
dengan pakaian pelindung/alat pelindung diri.
d.
Pada Simpul D, bila
zat yang berbahaya terlanjur masuk tubuh maka dilakukan Bio marker (Penanda
biologis, misalnya : darah, urine, dsb) untuk monitoring dengan standart NAB,
kalau perlu dengan pemberian antagonisnya.
Pengendalian pada
Simpul A dan Simpul B adalah pengendalian lingkungan, Sedangkan
Pengendalian Pada Simpul C dan Simpul D merupakan Pengendalian Perorangan.
Upaya-Upaya yang dapat
dilakukan dalam Pengendalian Lingkungan Kerja yaitu :
a. Desain
dan tata letak yg adekuat (konstruksi bangunan dan tata letak
peralatan/material yang baik dan sesuai) sehingga pekerja dpt bekerja efisien
& efektif serta dapat memberikan perlindungan yang optimal dan tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi pekerja.
b.Penghilangan
atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya, antara lain : penghentian
proses, substitusi, isolasi, ventilasi, metode basah dan tata kerumahtanggaan
yang baik
Upaya-Upaya yang dapat
dilakukan dalam Pengendalian Perorangan yaitu Melalui peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku serta disiplin kerja para pekerja dengan :
a.
Cara kerja yang baik
dan benar.
b.
Tersedianya Alat
Pelindung Diri dan ketaatan dalam pemakaiannya.
c.
Pembatasan waktu
pajanan (Jam Kerja, Cuti, dll)
d.
Kebersihan perorangan.
e.
Pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja dan secara berkala untuk penemuan dini gangguan kesehatan.
f.
Penerapan prinsip K3
dan ergonomi.
Selain
pengendalian Lingkungan dan Perorangan, maka dalam menghadapi bahaya yang
timbul ditempat kerja perlu diadakan Program Pelayanan Kesehatan kerja yang
meliputi Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.
B.
Bahaya
kimia dilingkungan kerja dan dampak terhadap kesehatan
1.
Pengertian
Bahaya ini adalah bahaya yang berasal dari bahan yang
dihasilkan selama produksi. Bahan ini terhambur ke lingkungan dikarenakan cara
kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang
digunakan dalam proses kerja. Bahaya kimia yang terhambur ke lingkungan kerja
dapat mengganggu baik itu loka maupun sistemik. Gangguan lokal adalah kelainan
yang ditimbulkan di tempat bahan kimia kyang kontak dengan tubuh, yaitu kulit
dan selaout lendir yang menimbulkan gejala iritasim ulkus dan kadang-kadang
kangker. Apabila ia terserap dan masuk peredaran darah akan timbul gejala
sistemik. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh adalah;
a.
Melalui Kulit
b.
Melalui pernafasan
c.
Melalui pencernaan
Gejala yang tibul bisa
bersifat akut atau kronis tergantung pada pola dan tingkat paparannya.
2.
Bahan
Kimia di tempat kerja
Bahan kimia di tempat kerja dapat berupa :
a.
Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat
reaktif dan tidak stabil, mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau
penguraianya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan
oksidator terdiri dari :
1)
Oksidator organik :
Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida, Periodat, Persulfat.
2)
Peroksida organik :
Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat.
Peroksida-peroksida organik dapat pula
terbentuk pada penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton, ester,
senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif.
b.
Bahan reaktif terhadap
air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat
meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara
eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah
terbakar, contoh :
-
Alkali (Na, K) dan
Alkali tanah (Ca)
-
Logam Halida
(Alumunium tibromida)
-
Oksida logam anhidrat
(CaO)
-
Oksida non logam
Halida (Sulfuril Halida)
Jelas bahan-bahan
tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering dan bebas dari
kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif terhadap
asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam
secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau menghasilkan
gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat,
Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃).
c.
Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun
laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan
tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan
mudah terbakar.
Tabel penggunaan gas
bertekanan dan bahayanya
GAS
|
Penggunaan
|
Bahaya
|
Asetilen
Ammonia
Etilen
Oksida
Hidrogen
Nitrogen
Klor
Vinil
Klorida
|
Gas
bakar
Bahan
baku pupuk
Sterilisasi
Hidrogenasi,
gas karier
Gas
pencuci, membuat udara inert
Klorinasi
Produksi
plastik
|
Mudah
terbakar, aspiksian
Beracun
Beracun
dan mudah terbakar
Mudah
terbakar dn meledak
Aspiksian
Beracun,
korosif
Beracun
dn mudah terbakar
|
Gas-gas tersebut
diatas dalam silinder yang bertekanan, harus disimpan dalam keadaan terlindung,
bebas panas, dan goncangan serta terikat kuat dan bebas dari kebocoran kran.
Bahan kimia banyak digunakan dalam
lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :
a.
Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah
dan menghasilkan bahan-bahan kimia,diantaranya industri pupuk, asam sulfat,
soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, danlain-lain. Industri kimia
dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai denganpenggunaan
proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik
dalamsifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi
suatu zat.
b.
Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu
industri yang menggunakan bahan kimia sebagaibahan pembantu proses, diantaranya
industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik,pengolahan logam,
obat-obatan dan lain-lain.
c.
Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk
uji mutu, penelitian dan pengembangan sertapendidikan. Kegiatan laboratorium
banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitiandan pengembangan, perusahaan
jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi
3. Jalur masuknya bahan kimia
Beberapa jalur masuk dari bahan kimia antara lain:
a.
Inhalasi : di perindustrian, jalur
pernafasan menjadi jalur masuk pertama yang paling rawandan paling signifikan.
Perlindungan lebih diperlukan karena bahan kimia dalam bentuk uapdan debu dapat
masuk melalui pernafasan.
b.
Via saluran pencernaan (oral) : menjadi
mungkin saat pekerja memakan makanan merekamasih di area kerja dimana
makanan/minuman mereka mungkin terpapar oleh bahan kimiadalam bentuk uap
c.
Absorpsi kulit : bahan kimia cair cepat
sekali menyerap masuk ke dalam tubuh melaluiresapan pori-pori kulit
4. Klasifikasi Bahan Kimia
Klasifikasi
atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkanpengenalan
serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia
berbahyadiklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut
:
a.
Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah
bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia
ataumenyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat
pernafasanatau kontak lewat kulit.
b.
Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah
bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan
apabilakontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
c.
Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan
kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkankebakaran. Reaksi
kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
d.
Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah
suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi
kimiadapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi,sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
e.
Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah
suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapatmenghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. Bahan
f.
Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive
Substances)Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan
mengeluarkan panasdan gas yang mudah terbakar.
g.
Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid
Sensitive Substances)
Adalah
bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dangas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.
h.
Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas
yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair ataugas
yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
i.
Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive
Substances)
Adalah
bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif
denganaktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.Perlu diingat
bahwa suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongandi atas
karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.
j.
Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya
Mengelompokkan
bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan,sehingga
tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman.
Mengabaikansifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung
bahaya seperti kebakaran,peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan
berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
5. Penyimpanan bahan kimia berbahaya
1)
Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini
dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam
kondisikedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan
beracun harusdisimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa,
jauh dari bahayakebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur)
harus dipisahkan satusama lainnya.
2)
Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa
jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi
dahsyatdengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan
peralatanselain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan
dalam ruangan yangsejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah
terjadinya pengumpulan uap.Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan
hati-hati, dalam keadaan tertutupdan dipasang label. Semua logam disekeliling
tempat penyimpanan harus dicat dandiperiksa akan adanya kerusakan yang
disebabkan oleh korosi.
3)
Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis
semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnyaatau
beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat
berkembangsecara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan
sering terlihat sepertimeledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai
berikut :
-
Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk
mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan
udara.
-
Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa
yang cukup, sehingga bocoranuap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk
mencegah percikan api.
-
Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari
daerah yang ada bahaya kebakarannya
-
Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan
oksidator kuat, bahan yang mudahmenjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang
bereaksi dengan udara atau uapair yang lambat laun menjadi panase.
-
Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat
pemadam api dan mudah dicapaif.
-
Singkirkan semua sumber api dari tempat
penyimpanang.
-
Di daerah penyimpanan dipasang tanda
dilarang merokok
-
Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan
tanah/arde serta dilengkapi alatdeteksi asap atau api otomatis dan diperiksa
secara periodik
4)
Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap
bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempatpenyimpanan
harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubangtambang,
bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.Ruang
penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainyaterbuat
dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara
yangbaik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu
listrik yang dapat dibawa ataupenerangan yang bersumber dari luar tempat
penyimpanan. Penyimpanan tidak bolehdilakukan di dekat bangunan yang didalamnya
terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisayang dapat terbakar, api terbuka atau
nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebasdari rumput kering, sampah,
atau material yang mudah terbakar, ada baiknyamemanfaatkan perlindungan alam
seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
5)
Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Bahan ini
adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksimeskipun
dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panassebelum
menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam
jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini
harusdiusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya
harus tahanapi. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah
terbakar dan bahanyang memiliki titik api rendah.
6)
Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water
Sensitive Substances)
Bahan ini
bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkanpanas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini
yang mudahterbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi
ditanah yangtinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah
menggunakan sprinklerotomatis di dalam ruang simpan.
7)
Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid
Sensitive Substances)
Bahan ini
bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang
mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agarsejuk,
berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara
berkala.Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan
menghasilkanhydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang
terbuat dari kayuyang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam
maka harus di cat atau dibuatkebal dan pasif terhadap bahan asam.
8)
Gas Bertekanan (Compressed Gases)Silinder
dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikatdengan
rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruangpenyimpanan
harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh darisaluran
pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpananharus
tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila
terjadikebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
9)
Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive
Substances)
Radiasi
dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik,
efek somatik dapat akut atau kronis. Penyimpanannya harus ditempat yang
memiliki peralatancukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan
lain yang dapatmembahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus
mengikuti ketentuankhusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus
dipelihara.
10) Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan
Berbahaya
Pemasangan label dan tanda dengan memakai
lambang atau tulisan peringatan pada wadah atautempat penyimpanan untuk bahan
berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenagakerja yang bekerja
pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifatbahaya
dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari
barangtersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat
penting.Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat
penting dalam perlindungankeselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat
dianggap sebagai perlindungan yang sudahlengkap, usaha perlindungan keselamatan
lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umumdipakai untuk bahan kimia yang
memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut : Dalam lingkungan kerja
tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga parapekerja
terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Dengan demikian, jelas bahwa
bekerjadengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam proses,
penyimpanan,transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun
besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat
mengurangi atau menghilangkan risikobahaya yang diakibatkannya
11) Bahaya bahan kimia
terhadap kesehatan
Golongan
|
penyebeb
|
Penyakit/
gangguan
|
Gejala/tanda
|
Perawatan/
pengobatan
|
Upaya pencegahan
|
kimia
|
Debu organik;
· Silikon
· Asbes, dsb.
|
Pneumoconiosis
§ Silikosis
§ Asbestosis
§ Talkosis
§ Siderosis
§ Antrakosis
§ Siderosis
§ bisinosis
|
Seperti
gejala-gejala penyakit paru antara lain:
ü batuk-batuk
ü sesak nafas
ü nyeri dada
ü sianosis
|
Pengobatancuku
sulit dan dberikan untuk mengatasi gejala klinis:
1.bila terjadi
infeksi diberikan antibiotika, perbaikan gizi pekerja.
2.bila terjadi
keganasan/kanker diberikan obat-obatan sitostatika.
|
Pemeriksaan
kesehatan paru-paru awal bekerja dan pemeriksaan berkala.pendidikan kesehatan
pemakaian alat pelindung seperti
1.masker
2.kacamata,
Dsb
Subsituasi
tersedianya fasilitas penyaringan debu seperti
1.cerobong
asap
2.water spray
3.axhauster.
Pemeriksaan
kadar debu berkala.
|
|
Timah hitam (pb)
|
Keracunan timah
|
Stadium akut
Umum:
-lemah/lesu
-sakit kepala
-imsonia
-tremor
Khas;
Garis/titik
hitem di daerah mukosa gusi
|
Jauhkan
penderita dari pemaparan pertolongan pertama;
-mata,bersihkan
dengan air bersih
-kulit,cuci
bagian yang terkena dengan
|
Ventilasi ruang kerja. Penggunaan pelindung kerja seperti:
-baju kerja
-sarung tangan
-gogles
Pendidikan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan berkala.
|
|
|
|
Pencernaan
-anoreksia
-kejang perut
-konstipasi
-rasa logam.
Stadium kronis;
-kerusakan
ginjal
-ensefalopati
|
Air dan sabun
-pernapasan
buatan
-tertelan;berminum
susu atau air matang 2-3 gelas
-terapi medis;
-kalsium
Glukonat,obat-obatan
pembersih,calsium gluconate;cleating agen,ca adta 1 gr perhari dalam 250 ml
air
|
|
|
Air raksa
(merkuri)
|
Penyakit minimata
|
Hipersalivasi.rasa
logam pada mulut,stomatitis,ginggivitis,gusi terlihat hitam,tremor pada
muka,lengan dan tangan
Gangguan
pisikis;
-mudah
tersinggung
-insomnia
-depresi
-rasa takut
-kurang percaya
diri
|
Minum susu
magnesium/putih telur,bilas lambung.kolaborasi pengobatan;
-suntikan
dimerkapeol 10%IM
|
Penggung naan
alat pelindung
-sarung tangan
-masker
-kacamata
Higiene
lingkungan kerja yang baik
|
|
Pestisida
organofospat;
-devine
-thyme
-systex,dll.keracunan
pestisda organofost
|
Keracunan
pestisda organoklorin
|
pusing/sakit
kepala,rasa lemah,nadi lambat(bradikardi)banyak keringat,hipersalivasi,pupil
menyempit,tremor,koma
|
Jauhkan dari
tempat pemaparan ,cuci daerah yang terpapar dengan sabun.bila belum 1 jam dan
sadar,usahkan muntah ,bilas lambung beri laksatif untuk mempercepat
defekasi.pengobatan atrofin sulfat 2 mg subkutan
|
Alat pelindung;
-masker
Cara kerja yang
benar
|
|
Pestisida
Karbonat;
-furadene
-baygon
Pestisda
organoklorin
-endrin
-DTT
-lundan,dll
|
Keracunan
pespida karbonat
Keracunan
pestisda
organochlorin
|
Pusing,mual
muntah ,keram perut,lemah,keringat banyak,hipersalivasi,air mata berlebihan
Pusing,sakit
kepala,muntah,tremor,kejang.gangguan psikis seperti;
-ilusi
-disorientasi
|
idem
Pengobatan;di
azepam/fenobarbital 0,1gr/hr 1M,kalsium glukonat 10% 10ml IV
|
idem
idem
|
|
Gas itritan
|
Keracunan gas
|
Iritasin saluran
pernafasan.peradangan saluran pernafasan
|
Pindahkan
penderita ke tempat yang aman ,pakian dilonggarakan,bila nafas
terhenti,lakukan nafas buatan.berikan susu bila sadar.
|
Gunakan alat
pelindung seperti masker.cegah kebocoran pada alat kerja ,ventilasi ruangan
kerja yang baik.
|
|
asfiksan
|
Keracunan gas.
|
Asfiksia,pernafasan
cepat,tekanan darah menuru,kejang,koma
|
Atur posisi,beri
terapi oksigen beri obat sesuai dengan pesan dokter;
-amilnitrit 0,2
ml setiap 5 menit
-antidotum
natrium nitrat 3%
-natrium
tisosulfat 25% IV
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Penyakit akibat kerja dapat dicegah,dan berat ringannya
penyakit yang disebabkan pekerjaan tergantung dari jenis dan tingkat
penyakitnya.
Kesehatan lingkungan kerja membahas
tentang kegiatan pemecahan masalah kesehatan di lingkungan
kerja. Pemecahan masalah
lingkungan kerja pada hakekatnya merupakan upaya pengurangan terhadap beban
tambahan bagi pekerja dan upaya penyerasian antara kapasitas kerja dengan
lingkungan kerja.
Apabila tidak memenuhi persyaratan maka lingkungan kerja dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dalam dua bentuk
yaitu kecelakaan kerja (Occupational accident) dan penyakit
akibat kerja (Occupational diseaces).
B.
Saran
Tugas yang
berjudul “Bahaya pada lingkungan
kerja” akhirnya dapat terselesaikan. Makalah ini penulis susun
dengan segenap usaha agar dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES YARSI Mataram . Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya informasi yang di dapat oleh penulis. Maka dari
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada narasumber yang
karyanya telah dijadikansebagai referensi dan kepada
pihak – pihak yang telah memfasilitasi sarana dan prasarana sertatelah
mendukung kami sehingga makalah ini selesai tepat waktu dan sesuai dengan apa
yangkami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
- Hendra. Bahaya Kimia di Tempat Kerja. Higiene
Industri. Semarang : Program SarjanaUniversitas Dipenogoro
- Slamet soemirat juli. Kesehatan lingkungan. Bandung
: Gajah Mada
- Soemarwoto otto. Analisis mengenai dampak
lingkungan. Yogyakarta : UGM
- Yakin addinul. Ekonomi sumberdaya dan
lingkungan. Jakarta : Akademika presido