BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ruang Mawar merupakan salah satu ruang rawat inap RSJ Provinsi NTB dengan pasien-pasien laki – laki, dimana pasien-pasien di ruangan ini sebagian besar adalah pasien-pasien halusinasi yang membutuhkan motivasi bahkan bantuan untuk melakukan cara-cara menghardik halusinasi di khususkan pada pasien yang mempunyai gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran. Berdasarkan data diatas kami tertarik, untuk melakukan Terapi Aktivitas Kelompok dengan tema menghardik halusinasi.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan diskusi satu sama lain yang dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih (pedoman rehabilitasi pasien mental RSJ di Indonesia). Terapi kelompok adalah terapi psikolog secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan intrpersonal (Yoseph, 2007)
Secara umum terapi aktivitas kelompok memiliki tujuan terapetik dan tujuan rehabilitasi.
1. Tujuan terapetik
a. Meningkatkan kesadaran klien terhadap reaksi, emosi, dan tindakan yang depensif.
b. Meningkatkan identitas diri
c. Menyalurkan emosi secara kontruksi
d. Meningkatkan hubungan interpersonal atau sosial
2. Tujuan Rehabilitasi
a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
b. Meningkatkan keterampilan sosial
c. Meningkatkan kemampuan empati
d. Meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah
Keuntungan yang diperoleh individu melalui TAK ini adalah dukungan (Suport), pendidikan, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal, meningkatkan uji realitas (Birckhend, 1989) sehingga TAK ini dapat dilakukan pada karakteristik gangguan seperti : Gangguan perubahan persepsi sensori : Halusinasi. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak,dapat mendiskusikan masalah-masalah secara kelompok, menggali gaya berkomunikasi, belajar dalam segala pemecahan masalah, dan belajar peran di dalam kelompok . Namun, pada terapi ini terdapat kekurangan yaitu : Kehidupan klien tidak terlindungi, klien kesulitan dalam mengungkapkan masalahnya, dan terapi harus dalam jumlah yang banyak.
Dengan terepi aktivitas kelompok pada pasien dengan gangguan perubahan sensori persepsi : halusinasi diharapkan klien mampu mengetahui bagaimana cara menghardik halusinasi dan melakukan cara ke 2 menghardik halusinasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi aktifitas kelompok diharapkan klien mampu mengenal dan mengontrol halusinasinya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik
b. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
c. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara beraktifitas
d. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menggunakan obat sesuai program/jadwal
C. Proses Seleksi
1. Berdasarkan observasi perilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat.
2. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai perilaku klien sehari-hari serta kemungkinan dilakukan kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Topik
Terapi aktivitas kelompok klien dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi
B. Definisi Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)
Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam kelompok secara bertahan (Keliat & Akemat, 2005)
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
Menurut Varcarolis, Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai dan berespon terhadap realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal dan tidak dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan. Tidak mampu berespon secara akurat sehingga tampat perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon seseorang terdapat rangsangan yang tidak nyata (stuart dan sundeen, 1998).
C. Tipe Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, suara biasanya menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek, memaki.
2. Halusinasi Penglihatan
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaranyang mengerikan.
3. Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
4. Halusinasi pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
D. Tingkatan Halusinasi
1. Tingkat I
a. Memberi rasa nyaman
b. Tingkat orientasi sedang
c. Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
2. Tingkat II
Menyalahkan
3. Tingkat III
a. Mengontrol tingkat kecemasan berat
b. Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi
4. Tingkat IV
a. Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
b. Klien panik
E. Fase-fase Halusinasi
1. Fase 1
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus, penyakit, hutang, dll. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal.
2. Fase 2
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
3. Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
4. Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang, Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase psychotic.
5. Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
F. Jenis – Jenis Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)
Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut :
1. TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
2. TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori).
3. TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).
4. TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
5. TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR) .
6. TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik).
G. Persiapan Lingkungan
1. Ventilasi baik
2. Penerangan cukup
3. Suasana tenang
4. Pengaturan posisi tempat duduk (setting)
H. Klien
1. Karakteristik / Kriteria
Karakteristik klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok halusinasi adalah klien gangguan jiwa dengan usia 18-60 tahun, mengalami gangguan persepsi sensori isolasi sosial
2. Proses Seleksi
Klien yang akan mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang dipilih melalui proses seleksi. Adapun proses seleksinya adalah dari kasus atau masalah yang juga banyak dihadapi klien.
3. Daftar Klien
Jumlah klien dalam TAK ada orang, berikut nama – namanya:
a. Tn D : Halusinas
b. Tn Y : halusinasi
c. Tn. N : halusinasi
d. Tn. S : Halusinasi
e. Tn SI : Halusinasi
f. Tn. M : Halusinasi
g. Tn. NA : Halusinasi
I. Pengorganisasian
1. Waktu
Kegiatan terapi aktivitas kelompok pasien dengan gangguan isolasi sosial akan dilaksanakan selama 45 menit yaitu pada :
Hari : Sabtu
Jam : 09.40-10.25 jam
Tanggal : 7 Desember 2013
2. Tempat
Kegiatan dilakukan di ruangan Mawar RSJ Mataram
3. Distribusi waktu :
- Fase Orientasi :10 menit
· Leader membuka kegiatan dan memperkenalkan tim perawat lainnya.
· Leader memotivasi klien untuk memperkenalkan diri
· Leader menyerahkan tugas kepada Co-leader
· Leader menyerahkan tugas kepada fasilitator untuk mulai mengajar pasien memperkenalkan diri.
- Fase Kerja : 25 menit
· Fasilitator memberikan aba-aba pada klien untuk memulai bermain.
· Setiap klien harus mempertahankan posisi botol ke peserta lainnya
· Fasilitator memotivasi para peserta terapi
· Observasi menilai masing-masing peserta
· Peserta bermain musik sampai selesai 15 menit
· Fasilitator menghentikan permainan setelah musik selesai.
· Observer memberikan penilaian pada peserta
- Fase Terminasi : 10 menit
· Observer memberikan kriteria sesuai dengan keberhasilan peserta
· Leader meminta peserta untuk mengekspresikan apa yang dirasakan setelah mengikuti TAK
· Leader Menutup permainan
· Tim perawat mengantar masing-masing peserta kekamarnya.
4. Jumlah
Jumlah anggota kelompok : 8 orang
5. Perilaku yang diharapkan :
- Klien dapat menyebutkan identitas dirinya. (nama, asal tempat tinggal)
- Klien dapat mengungkapkan perasannya, selama dan setelah TAK.
- Klien dapat menerapkan cara menghardik ketika halusinasinya datang.
6. Metode TAK : Sosialisasi sesi I dan II
7. Tim terapi
Leader : Sri Wahyuni
Co-leader : Nuraini
Fasilitator : Titi Wulandari
: Saadatun Khairiatin
Observer : Sri Suryani
8. Proses Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Memilih sesuai dengan indikasi yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dengan tempat pertemuan
b. Skema Ruang Terapi
Keterangan :
Leader |
Co Leader |
Fasilitator |
Klien |
Observer |
9. Peran Dan Fungsi Terapis
1) Leader
Tugas:
- Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
- Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
- Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
- Menyampaikan Tata tertib TAK
- Memimpin diskusi kelompok.
- Menutup acara diskusi.
2) Co Leader
Tugas:
- Membuka acara
- Mendampingi Leader
- Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking
- Menyerahkan kembali posisi kepada leader
3) Fasilitator
Tugas:
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
- Memfasilitasi TAK
4) Observer
Tugas
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
- Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
5) Operator
Tugas
- Mengatur alur permainan (Menghidupkan dan mematikan musik)
- Timer (Mengatur waktu).
10. Metode dan media
a. Metode
Adapun metode yang digunakan pada terapi akativitas kelompok adalah Tanya jawab dan bermain peran atau stimulasi
b. Media yang digunakan meliputi :
1) Laptop
2) Botol
3) Speaker
4) Alat tulis
11. Proses Pelaksanaan
SESI 1 : mengenal halusinasi
a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadinya halusinasi
Seting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan
b. Tempat tenang dan nyaman
Alat
a. Laptop/Hp
b. Speaker
c. Spidol
d. Buku tulis
Metode
a. Diskusi dan tayakan jawaban
b. Bermain peran/stimulasi
Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori peresepsi : halusinasi
2) Membuat kontak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orentasi
1) Salam terapiutik
· Salam dari terapis kepada klien
· Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
· Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
2) Evaluasi / validasi
Menayakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
· Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal suara-suara yang didengar
· Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang disengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
2) Hidupkan Laptop dan edarkan botol berlawanan dengan jaru jam.
3) Pada saat Laptop dimatikan, anggota kelompok yang memegang botol mendapat giliran untuk menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara:
· Memberi salam
· Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
· Menjelaskan penyebab halusinasi
· Mempraktekkan cara menghardik
· Menjelaskan apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi
4) Ulang 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
5) Hidupkan kembali Laptop dan edarkan botol, pada saat tape di matikan , minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan namanya. Kemudian menjelaskan penyebab alusinasi, cara mengatsi halusinasi dan mempraktekkan cara ,menghardik. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
6) Ulangi 4 sampai semua anggota mendapat giliran.
7) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
8) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan teradinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien sebelah secara berurutan sampai semua klien mendapatkan giliran. Hasilnya ditulis weteboart.
9) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik simpulkan isi, waktu terjadi dan perasaan klien dari suara yang didengar
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
· Trapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
· Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindakan lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya jika terjadi halusinasi
3) Kontrak yang akan datang
· Menyepakati TAK yang akan datang yaitu cara mengontrol halusinasi
· Menyepakati waktu dan tempat
J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Input
1) Tim berjumlah 5 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader/operator, 2 fasilitator, 1 observer.
2) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
3) Peralatan mp3 sound system berfungsi dengan baik.
4) Tersedia botol
5) Klien, tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan karakteristik klien untuk melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
2. Evaluasi Proses
1) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
2) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien.
3) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat mengawasi jalannya permainan.
4) 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Output
Setelah mengadakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan 3 klien yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut;
1) 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
2) 100% klien dapat meningkatkan komunkasi non verbal: bergerak mengikuti instruksi, ekspresi wajah cerah, berani kontak mata.
3) 100% klien dapat meningkatkan komunikasi verbal (menyapa klien lain atau perawat, mengungkapkan perasaan dengan perawat).
4) 100% klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok (mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai).
5) 100% klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya (mau berinteraksi dengan perawat / klien lain)
FORMAT EVALUASI
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
EVALUASI DAN DOKUMENTASI TAKS
Sesi 1
No
|
Nama klien |
Menyebut isi halusinasi |
Menyebut waktu terjadinya halusinasi |
Menyebut situasi terjadi halusinasi |
Menyebut perasaan saat halusinasi |
1. |
|
|
|
|
|
2. |
|
|
|
|
|
3. |
|
|
|
|
|
Catatan :
Ø jika mengikuti setiap aspek berikan nilai tanda checklist atau nilai 1
Ø jika tidak mengikuti setiap aspek berikan nilai tanda silang atau nilai 0
DAFTAR PUSTAKA
Keliat.B.A. 2006. Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta. EGC